Ragam
Pj Bupati Malteng : Adat Negeri Pelauw-Kariu Mesti Dijaga & Dilestarikan


AMBON, DM.COM,-Penjabat Bupati Maluku Tengah (Malteng), DR Muhamat Marasabessy, SP, ST, M.Tech mengatakan, warga Negeri Pelauw dan Kariu, Kecamatan Pulau Haruku, mesti dijaga, dirawat, dan dijunjung tinggi.
Menurut dia, warga Pelauw dan Kariu, adalah masyarakat adat yang juga memiliki perbedaan prinsip yang sangat dijunjung tinggi oleh setiap orang dari generasi ke generasi.
“Tatanan adat yang sangat kuat hidup dan berkembang ditengah masing-masing Negeri adat Pelauw dan Kariu, menjadi kekayaan budaya yang harus dijaga, dirawat dan dilestarikan dengan mengedepankan semangat persaudaraan dan kemanusiaan sebagai masyarakat adat yang hidup saling berdampingan diatas Nusa Amano tanah leluhur yang telah menghidupkan masyatakat adat Pelauw dan Kariu,”jelas Marasabessy.

Penjelasan Marasabessy, ketika pertemuan rekonsiliasi Pelauw-Kariu, di lantai 7 Kantor Gubernur Maluku, Senin (14/11/2022). Hadir pada kegiatan itu, Deputi I Kantor Kesektariatan Presiden, Febri Calvin Tetelepta, Kapolda Maluku, Irjen Pol Lotharia Latif, Pangdam XVI/Pattimura, Mayjen TNI Ruruh Aris Setyawibawa, Penjabat Sekda Maluku, Sadali Ie, dan Penjabat Bupati Maluku Tengah, DR Muhammat Marasabessy. SP, ST, M.Tech. Hadir pula para tokoh masyarakat, adat, agama, pemuda, dari negeri Pelauw dan Kariu.
Namun, Kadis PUPR Provinsi Maluku ini mengatakan, konflik sosial Pelauw dan Kariu, adalah peristiwa memilukan yang telah merusak sendi-sendi peradaban budaya dan kemanusiaan selaku orang basudara.”Saya anak Hatuhaha, sangat memahami kultur adat dan sejarah. Saya tegaskan, bahwa baik Pelauw dan Kariu, adalah dua negeri yang secara historis memiliki ikatan persaudaraan yang sangat kuat,”tuturnya.

Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Pattimura ini menegaskan, hidup orang basudara sangat nampak dalam interaksi sosial disemua sektor kehidupan. “Saling menghormati, saling menghargai, saling menerima diatas segala perbedaan adalah hal biasa yang terus hidup secara turun temurun dan diwarisi oleh generasi kedua negeri ini,”ingatnya.
Untuk itu, lanjut koordinator Balai-Balai Kementerian PUPR di Provinsi Maluku itu mengakui, ketika dirinya dipercayakan oleh Gubernur Maluku, Irjen Pol (Purn) Murad Ismail, selaku Pj Bupati Malteng, salah satu tugas pokoknya, yakni menyelesaikan konflik sosial Pelauw dan Kariu.”Beta sadar, amanah ini tidak mudah, meyakinkan kedua negeri yang masih hidup diatas amarah dan dendam bukan pekerjaan yang gampang,”senutnya.
“Beta berdoa dan terus berdoa meminta petunjuk dan bimbingan Allah SWT Tuhan Yang Maha Luasa, agar Beta diberi kekuatan dan hikmat untuk dapat berbicara dan mengajak kedua orang basudara ini duduk bersama dan beruntung diatas meja perdamaian. Alhamdulilah puji syukur,
kepada Allah SWT hari ini, doa dan kerja keras katong samua telah dijawab,”sambungnya.
Ketua UmumIkatan CendekiawanMuslim se-Indonesia Orwil Provinsi Maluku ini menyaksikan
Warga Pelauw dan Kariu bisa duduk bersama dan saling melempar senyum, saling bersamaan, saling berpelukan adalah impian pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan secara khusus Pemerintah Kabupaten Malteng.
“Pertemuan rekonsiliasi ini akan menjadi momentim bersejarah sekaligus, mengikat basudara Pelauw dan Kariu, dalam janji adat, bahwa katong sesungguhnya satu peradaban adat dan budaya. Katong harus laeng sayang laeng. Kalau ada masalah yang timbul secara personal katong harus bisa memilah dan menimbangnya secara bijaksana, sehingga tidak menjadi konflik komunikasi yang justru akan merugikan kita semua,”imbuhya.
Mantan Kepala Balai Wilayah Sungai Maluku ini mengingatkan, forum rekonsiliasi dilaksanakan, karena masyarakat Pelauw dan Kariu, sesungguhnya memikirkan tekad dan komitmen yang sama untuk mewujudkan perdamaian. “Tidak ada agama manapun atau ajaran apapun yang menghendaki manusia hidup dalam permusuhan dan pertikaian. Kita diajarkan untuk hidup rukun dan damai,”ajaknya.
Untuk saling menerima dan memaafkan, ingat Ketua UmumLembagaPengembanganTilawtil Qur’an Provinsi Maluku itu, tidaklah seperti kita membalikan telapak tangan. Apalagi, di kedua belah pihak sudah ada korban jiwa dan materi.”Hanya dengan ketulusan hati, hati yang bersih, berdamai dengan diri sendiri untuk berdamai dengan orang lain, maka cita-cita mulia ini dapat terwujud,”sebutnya.
Menurut, mantan pejabat di Kementrian PUPR ini, Pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah Kabupaten Malteng akan bertangungjawab penuh atas semua kerugian yang dialami akibat konflik Pelauw dan Kariu. “Semua fasilitas yang rusak , apalah rumah tinggal dan tanaman umur panjang akan difasilitasi oleh pemerintah. Karena itu, perdamaian harus segera diwujudkan adat pembangunan bisa segera dilakukan,”imbunya.
Tak hanya disitu, Marasabessy yang akrab disapa Pak Matt ini mengaku, Pelauw dan Kariu, akan menjadi model dalam pembangunan harmonisasi sosial masyarakat Maluku dan Indonesia yang berbhineka Tunggal Ika. “Generasi kita harus diedukasi agar mereka mampu menjadi agen-agen perdamaian . Masa depan generasi kita harus menjadi tangungjawab kita bersama , merakit perdamaian sejati akanenjadi Landasan yang kokoh bagi generasi kita untuk menggapai cita-cita masa depan,”pungkasnya.(DM-02)
