Ragam
ANWAR
Oleh : Dr. M.J. Latuconsina,S.IP, MA
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pattimura
What’s in a name ? Demikianlah penggalan kata William Shakespeare (1564-1616), seorang sastrawan berkebangsaan Inggris, yang hits melalui karyanya Romeo and Juliet yang dirilis di tahun 1590 lampau. Penggalan kata pujangga Inggris itu perlu dimaknai, dimana bukan sekedar nama seseorang saja, tapi menjadi penanda saat seseorang menjadi trigger problem politik dan hukum di republik ini. Dampaknya namanya yang paling banyak disebut-sebut publik sebagai orang yang paling bersalah.
Terlepas dari itu, mendengar nama Anwar ingatan saya kembali ke masa silam, saat masih kecil nun di Masohi Seram Selatan sana, tak banyak teman dan tetangga yang bernama Anwar. Hanya empat orang teman dan tetangga yang memiliki nama ini, dengan tersemat marga dan nama orang tuanya dibelakang nama mereka. Mereka keturunan Buru-Cina, Kei, Bugis, dan Buton. Meskipun sedikit kawan dan birman yang bernama Anwar, tapi saya familiar dengan nama ini.
Dari empat nama ini, ada teman yang memiliki nama Anwar Sadat ia berdarah Kei, dengan panggilan sehari-harinya Atta. Orang tuanya menamakan dia menyerupai nama Presiden Mesir ke-3 Anwar Sadat, yang memerintah sejak 25 Desember 1918 hingga 6 Oktober 1981. Saya sendiri tidak pernah mendengar darinya, mengapa ia dinamai oleh orang tuanya menyerupai nama Presiden Mesir ke-3, yang tewas dihujani timah panas dari anggota tentara Jihad Islam saat parade militer itu.
Saya hanya menduga nama yang diberikan orang tuanya, berkaitan erat dengan melambungnya nama Presiden keturunan Sudan Afrika Utara itu dihadapan public dunia. Ini terjadi tatkala Anwar Sadat memimpin Mesir dalam Perang Yom Kippur di tahun 1973 lampau, yang menghadapi jirannya Israel dalam merebut Semenanjung Sinai, Mesir. Mirip dengan tetangga saya juga, saat Presiden Sadam Husein melambung namanya di Perang Teluk, maka tatkala lahir putra mereka dinamai Sadam Husein. (Wikipedia, 2023).
Sebenarnya orang tua mereka mengidolakan tokoh-tokoh dunia, yang berasal dari negara-negara dunia ke-3 yang memiliki keberanian dalam melawan barat, dan sekutu-sekutunya tersebut. Dalam anggapan orang tua mereka para tokoh-tokoh dunia dari negara-negara berkembang tersebut adalah hero, yang dengan lantang berhadapan dengan hegemoni barat dan sekutu-sekutunya. Sehingga menamakan putra-putra mereka menyerupai nama-nama tokoh publik dari negara-negara dunia ke-3 tersebut.
Diluar Anwar Sadat, ada lagi tiga Anwar yang lain. Satunya birman saya yang sudah senior ia keturunan Buru-Cina. Tak terlampau tinggi, hidungnya mancung, bodynya atletis bak binaragawan. Ketika saya di bangku Sekolah Dasar (SD) ia sudah putus sekolah. Perilakunya mirip preman kampung suka berantem. Jika sudah melihatnya saya bersama teman-teman se kompleks takut. Saat kuliah saya mendapatinya tidak segarang dulu lagi. Ketika pembangunan danau buatan di kampus negeri terbesar di daerah ini di tahun 1997 lampau, ia nampak menjadi sopir dump truck yang mengangkat materil.
Sedangkan Anwar berikutnya ia berdarah Bugis. Ia tetangga yang baik, rambutnya bak landak jika masih pendek, tinggi semampai dan kalem. Ia kawan bermain saya baik itu mandi air laut, bola kaki, roda bekas sepeda motor, mencari ikan di pantai, dan perang-perangan. Meskipun rumahnya sangat sederhana berupa rumah papan bercat kapur api putih dan beratap rumbiah, tapi orang tuanya mengoleksi vinyl (piringan hitam) yang diputar di kala senggang sekedar menghibur diri. Saya sendiri melihat vinyl itu berhamburan di ruang tamu rumahnya. Orang tuanya memiliki cita rasa tinggi dalam dunia musik.
Terakhir Anwar tetangga saya yang keempat, ia berasal dari Buton. Agak jauh rumahnya dari saya. Dari semua Anwar kawan dan tetangga saya, dialah yang paling smart. Lantaran sejak SD, Sekolah Lanjutan Menengah Pertama (SMP) sampai dengan Sekolah Lanjutan Atas (SMA) ia sering naik kelas, dengan bertengger pada rengking satu dan rengking dua. Tak heran jika ia enteng masuk di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Saat kuliah kita sama-sama se fakultas, namun sayang ia berhenti kuliahnya saat konflik kemanusiaan melanda Ambon di tahun 1999 lampau.
Itu adalah memori tentang nama Anwar yang merupakan teman dan birman saya, yang berkaitan dengan Anwar Sadat Presiden Mesir ke-3, yang pernah di ganjar Nobel Prize di tahun 1978 lampau. Di level nasional ada juga figur berkelas seperti K.H. Anwar Musaddad, seorang ulama dari Jawa Barat. Ia ulama yang berjiwa nasionalis, anti makar dan menolak negara Islam. Pernah diajak oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo Pimpinan Darul Islam/Negara Islam Indonesia (DI/TII) di tahun 1949 lampau untuk bergabung, namun ia menolak untuk bergabung dengan gerakan separatisme itu. (Tirto, 2017).
Begitu pula ada Anwar Abbas, yang merupakan salah satu tokoh Islam yang populer. Ia dalah seorang ulama, akademisi dan ahli ekonomi Islam. Saat ini ia tengah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sebelumnya, ia merupakan Sekretaris Jenderal MUI (2015-2020) dan salah seorang Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah (2015-2020). Namanya mencuat pada Agustus 2023 lalu, akibat perseteruannya dengan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Zaytun, Panji Gumilang. (Republika, 2023).
Diluar dua tokoh nasional yang beranama Anwar masing-masing pada zamannya tersebut, Pada tingkat regional Asia Tenggara terdapat juga public figur yang berkelas dan populer namanya bak Nelson Mandela dari Afrika Selatan sana. Ia tak lain adalah Anwar Ibrahim Perdana Menteri Malaysia ke-10. Ia ikon perubahan di jiran Semenanjung Malaya tersebut. Sejak 1998 hingga 2022 ia berjuang dijalan politik, penjara adalah langganannya. Pada 1999-2004 dan 2015-2018 masa ia mendekam di penjara.
Puncaknya tahun 2022 ia sukses menjadi Perdana Menteri Malaysia ke-10, suatu perjuangan politik yang tidak mudah. Pasalnya Anwar Ibarhim dihadang rezim yang berkuasa. Saat Pemilu 2018 ia berkoalisi dengan musuh lamanya Mahathir Mohamad dalam koalisi Pekatan Harapan melawan Najib Rajak dari koalisi Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu, yang populer dengan nama UMNO. Mereka sukses memenangkan Pemilu tersebut. Imbalan politiknya ia diberikan grasi, yang menjadi tiket untuk ia beraktifitas politik kembali di panggung politik Malaysia. (Wikipedia, 2023).
Diluar kekaguman kita terhadap Anwar Ibarhim, terdapat juga satu nama Anwar yang paling mengecewakan kita seanteru Indonesia. Figur itu adalah Anwar Usman Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), namanya menjadi perbincangan nasional. Ia dinilai tidak memiliki integritas dan idependensi. Hal ini terkait dengan Putusan MK pada 16 Oktober 2023 lalu, menyangkut dengan syarat usai capres-cawapres minimal 40 tahun atau berpengalaman sebagai kepala daerah, yang menguntungkan Gibran Rakabuming Raka.
Sementara status Ketua MK sendiri adalah om dari Walikota Solo tersebut, dimana Anwar Usman merupakan suami dari tantenya. (Tempo, 2023). Putusan MK itu berdampak terhadap laporan kepada MK dan Anwar Usman, dimana laporannya berjumlah 21 dengan sekitar 10 laporan terhadap Ketua MK. Dalam perkembangannya Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) memproses berbagai laporan tersebut. Putusan akhirnya MKMK memberhentikan Anwar Usman dari jabatan Ketua MK, karena terbukti melakukan pelanggaran berat terhadap kode etik atas uji materi perkara itu. (Solo Pos, 2023).
Pada akhirnya adik ipar Presiden Joko Widodo tersebut tidak berhak untuk mencalonkan diri atau dicalonkan sebagai pimpinan MK sampai masa jabatannya sebagai hakim konstitusi berakhir. Ia sebagai hakim tidak diperkenankan terlibat atau melibatkan diri dalam pemeriksaan dan pengambilan keputusan dalam perkara perselisihan hasil pemilihan presiden dan wakil presiden, pemilihan anggota DPR, DPD, dan DPRD, serta pemilihan gubernur bupati dan wali kota yang memiliki potensi timbulnya benturan kepentingan.
Banyak pihak yang mengendaki agar putusan MKMK tersebut memberhentikan dengan tidak hormat Anwar Usman. Dari jabatannya selaku Ketua MK. Hal ini sebagai sebagaimana diatur pada Pasal 41 huruf c dan Pasal 47 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2023 tentang Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi. (Kompas, 2023). Polemik menyangkut Anwar Usman masih saja berlanjut, sesuatu yang wajar terjadi lantaran ia dinilai tidak memiliki integritas dan idependensi.
Kedepan figur-figur yang dipercayakan negara dalam memimpin lembaga dari cabang kekuasaan yudikatif di republik ini haris memiliki integritas dan independensi. Para pimpinannya diharuskan tidak memiliki relasi kekeluargaan dekat dengan para pimpinan di lembaga dari cabang kekuasaan eksekutif, legilatif dan yudikatif. Hal ini untuk menjamin putusan lembaga dari cabang kekuasaan yudikatif itu benar-benar objektif dan memenuhi rasa keadilan dari warga masyarakat, sekaligus meminimalisir konflik kepentingan yang menerpa lembaga dari cabang kekuasaan yudikatif di republik ini.