Ragam
MENAKAR KAPASITAS CAGUB MALUKU MEMBANGUN LIN
Oleh : Piet Norimarna
(Pemerhati Pembangunan Perikanan)
PADA tahun 2009 lalu, masa pemerintah Pak Karel Ralahalu, sebagai Gubernur Maluku, ada salah satu kabupaten yang memprogramkan pengembangan pertanian jagung untuk diekspor ke Negara Jepang, mendukung Provinsi Gorontalo masa kepemimpinan Gubernur Fadel Muhammad.
Kepada pak Ralahalu saya sampaikan bahwa program tersebut pasti gagal dan pak Ralahalu bertanya, kenapa demikian? Kepadanya saya sampaikan bahwa kultur pertanian masyarakat kabupaten tersebut, bukan pertanian jagung. Penduduk asli yang masih peramu memiliki sistem perladangan berpindah dengan lahan yang sangat terbatas sedang para transmigran mengelola lahan basah untuk padi. Kata pak Ralahalu, “Pemdanya mau demikian jadi mau apa lagi?”.
Sekitar tahun 1999 silam, Pemerintah Provinsi Maluku membangun kerjasama pengelolaan sumberdaya perikanan dengan kota General Santos di Filipina Selatan. Oleh Kepala Dinas Perikanan Ir. Ibnu Hajar Zain, saya disuruh menyusun konsep perencanaannya sekaligus materi paparan di Kantor Gubernur Maluku yang dipimpin langsung oleh Gubernur Drs. Akib Latuconsina.
Setelah paparan Kepala Dinas Perikanan diterima maka dikirimlah Tim dari Pemprov Maluku ke General Santos. Saya bukan bagian dari Tim tersebut dan terus mengikuti perkembangan sambil bertanya dalam hati, apa yang akan dilakukan Tim tersebut pada tingkat operasional ketika mereka kembali nanti.
Setelah Tim tiba kembali di Ambon, maka tak lama kemudian datanglah utusan dari Pemerintah Kota General Santos ke Maluku dan ditandatanganilah MoU kerjasama dimaksud dalam Sidang Paripurna DPRD Provinsi Maluku, dan setelah itu menguap entah kemana.
Sekitar ahir tahun 2014 saya di wawancarai oleh wartawan TVRI Ambon tentang prospek Lumbung Ikan Nasiona (LIN) di Maluku dan kepadanya saya katakan bahwa LIN itu pasti gagal, disertai dengan dasar pemikiran kenapa demikian.
Pertama, cara berpikir para birokrat yang masih berorientasi proyek menyebabkan LIN akan menjadi tunggangan meraih sejumlah besar dana dari pusat untuk kepentingan proyek perikanan dan bukan untuk kepentingan membangun perikanan.
Ke dua, sampai hari ini belum jelas tentang keberadaan dokumen perencanaan LIN di Maluku karena informasinya simpang siur tentang dokumen perencanaan LIN di masa kepemimpinan Gubernur Ralahalu, dan dokumen perencanaan LIN lainnya pada masa kepemimpinan Gubernur berikutnya.
Hal ini pernah saya tanyakan pada Kepala Dinas Perikanan dalam seminar melalui zoom yang menghadirkan juga pak Hendrik Lewerisa. Jawaban Kepala Dinas waktu itu belum jelas tentang keberadaan dokumen perencanaan tersebut.
Ke tiga, Maluku kaya dengan sumberdaya perikanan, tapi tidak otomatis menjadikan Maluku sebagai lumbung, karena untuk menjadikan Maluku Lumbung Ikan, maka harus ada sejumlah langkah strategis di daerah melalui perencanaan dan penganggaran yang terfokus tanpa ada intervensi kepentingan politik lainnya. Pemberian sarana penangkapan ikan kepada masyarakat yang bukan nelayan merupakan contoh bentuk intervensi dimaksud.
Ke Empat, pada masa pemerintahan pak DR. Saleh Latuconsina sebagai Gubernur Maluku, beliau telah meletakan dasar-dasar perencanaan pembangunan daerah yang bisa dikembangkan di bidang ke lautan untuk menjadi embrio bagi pembangunan LIN. Sayangnya apa yg beliau tinggalkan tidak ditindak lanjuti ketika LIN digaungkan.
Ke lima, butuh pergeseran cara pandang seorang Gubernur dari pendekatan rutinitas birokrasi berdasarkan tradisi menjadi lebih revolusioner. Pola pikir lama tentang pembangunan daerah tidak lagi sesuai dengan tuntutan kebutuhan daerah dan masyarakat. Merit sistem pengelolaan pemerintahan sudah harus menggantikan sistem pekoncoan dan perkocoan agar orang-orang yang memahami permasalahan perikanan di Maluku dapat dilibatkan, sekritis apapun mereka menyikapi bagaimana pemerintah Daerah membangun perikanan.
Para calon Gubernur Maluku mulai mendaftar di KPUD. Visi-Misi masing-masing tentu telah disiapkan dan saya meyakini bahwa LIN akan dijual kepada masyarakat untuk menarik simpati, tapi sebagai seorang mantan birokrat perikanan, saya meyakini bahwa untuk Provinsi Maluku, LIN akan tetap bagaikan pungguk merindukan bulan. Kapan mencapainya? Wallahualam bissawab.(**)