Pendidikan
Menitik Beratkan ‘Fitoplankton,’ Kesaulya : Ini Penting Guna Menunjang Usaha Perikanan di Maluku

AMBON,DM.COM,-Fitoplankton sebagai indikator produktivitas perairan untuk
menunjang keberlanjutan usaha Perikanan skala besar dan tradisional di Provinsi Maluku.
Demikian pengantar pidato, Prof Ir Irma Kesaulya, M.Sc, Phd, ketika dikukuhkan sebagai Guru Besar bersama Prof Dr Christina Sososutiksno, SE, MSi, Akt., CA, dan Prof Dr Richard Beni Luhulima, ST, MT di auditorium Universitas Pattimura (Unpatti), Kamis (22/5/2025).

Prof. Ir. Irma Kesaulya, M.Sc., Ph. D dalam ranting ilmu/kepakaran, yakni Oseanografi Biologi Pada fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Menurut Kesaulya, Fenologi dan struktur ukuran fitoplankton merupakan kunci
indikator yang mempengaruhi survival dan rekruitmen dari tingkat
tropik makanan yang lebih tinggi, struktur jaringan makanan dan
siklus biogeokimia di ekosistem perairan laut.
Kesaulya mencontohkan, kehadiran sel fitoplankton dengan ukuran yang agak besar akan mendukung rantai makanan yang kemudian memberikan
kontribusi bagi usaha perikanan.
” Jadi monitoring dari indikator-indikator ini dapat memberikan informasi penting yang membantu mengetahui atau mengerti respon dari ekosistem laut terhadap perubahan lingkungan laut seperti yang terjadi saat ini sebagai
akibat dari pemanasan global (Gittings, et al., 2021),”kata Kesaulya.
Dikatakan, sebaran spatial dari biomasa fitoplankton dapat diketahui
melalui observasi yang dihasilkan dari teknologi penginderaan jarak
jauh seperti satelit yang mengukur konsentrasi klorofil-a (chl-a).
“Chl-a adalah index dari biomasa fitoplankton yang merupakan 90 persen
dari produktivitas laut. Biomasa ikan akan berada pada nilai
tertinggi di lokasi perairan laut yang mempunyai nilai produktivitas
primer yang tinggi, dan kemudian efisiensi rendah di lokasi perairan
yang rendah produktivitas primer atau di kondisi perairan yang
oligotrofik,”jelasnua.
Dia mengaku, dalam hubungannya dengan biomasa fitoplankton
akan sangat penting peranannya bagi Maluku, dimana bisnis
perikanan skala besar dan tradisional merupakan unsur penting
pemenuhan dan keberlangsungan dasar kebutuhan keluarga dari
masyarakat pesisir.
Di lain pihak, ingat Kesaulya, fenomena perubahan iklim yang terjadi saat
ini memberikan pengaruh bagi suhu dan produktivitas perairan. Dengan demikian, apabila terjadi peningkatan transfer energi yang efisient dalam satu rantai makanan akan menutupi perubahan yang
terjadi pada produktivitas primer perairan laut.
“Sebaliknya penurunan transfer energi dalam rantai makanan di laut dapat
menurunkan hasil tangkapan perikanan di laut. Hal ini menggambarkan pentingnya menjaga kestabilan rantai makan
terutama fitoplankton yang merupakan organisma yang menjadi
dasar rantai makanan di laut untuk menjaga keberlanjutan usaha
perikanan di masa mendatang terutama di Maluku dimana sektor perikanan memainkan peranana penting untuk pertumbuhan ekonominya,”jelasnya.
Untuk itu, dia mengaku, dengan menjaga kesuburan perairan dan kestabilan dalam jaringan makanan merupakan hal utama dan menjadi tanggung jawab
semua pihak/stake holder yang berhubungan dengan pemanfataan
sumberdaya laut.
“Dengan demikian, keterlibatan masyarakat lokal untuk medukung hal tersebut diatas harus terus digalakan, sehingga keberadaan sumberdaya alam laut di pulau-pulau kecil dapat
terjaga keberlanjutannya,”sebutnya.
“Saran untuk kebijakan pemerintah untuk mengimplementasikan
Perikanan yang berkelanjutan
Maluku merupakan provinsi Kepulauan yang kaya akan sumber
daya alam laut, dimana sektor perikanan merupakan sektor penting
untuk pendapatan daerah,”lanjutnya.
Dia mengigatkan, kondisi geografis yang menguntungkan ini menuntut pemerintah dan masyarakat untuk berkerja bersamasama dalam proses exploitasi sumberdaya laut yang ramah lingkungan demi menjaga keberlajutan sumberdaya dan kesuburan perairan laut di Maluku.
“Hal ini menjadi penting dan krusial di lokasi perairan semi-tertutup seperti teluk dan selat, di mana ditemukan
banyak aktivitas perikanan skala kecil dan menengah,”tandasnya.
Kendati begitu, salah satu permasalahan yang perlu menjadi perhatian
pemerintah, insan perguruan tinggi dan masyarakat pesisir adalah
bekerja bersama untuk menjaga kesuburan dan kelestarian
perairan laut di tengah berbagai tekanan ekonomi.
Hal ini dapat dikerjakan melalui peran dan fungsi masing-masing, dimana insan
perguruan tinggi memberikan berbagai hasil penelitian dalam
merumuskan kebijakan untuk menghasilkan perikanan yang
berkelanjutan. Kebijakan-kebjakan tersebut juga ada yang
melibatkan masyarakat,”paparnya.
Salah satunya adalah dengan cara
mengedukasi masyarakat tentang berbagai perubahan yang terjadi
di laut yang memberikan dampak negatif bagi keberlangsungan
pendapatan dan kebutuhan protein mereka yang bersumber dari
sumberdaya laut. Masyarakat pesisir harus mengetahui tentang
bahaya dari blooming fitoplankton bagi kesehatan dan juga bagi
usaha perikanan, serta bagaiman melibatkan masyarakat pesisir
dalam proses monitoring di lokasi-lokasi perairan yang terindikasi
terjadi blooming yaitu perubahan warna permukaan air laut (hijau, coklat, kemerah-merahkan) yang bukan diakibatkan karena
masukan sedimen dari sungai.
Dengan adanya kerjasama antara
instansi pemerintah- masyarakat- universitas yang didalamnya ada
para peneliti, maka proses monitoring dan perolehan data dapat
dilaksanakan dengan baik dan dianalisa untuk mitigasi pengaruh
perubahan iklim bagi sumberdaya laut baik yang bernilai ekonomis
penting maupun yang non-ekonomis penting untuk menjaga
keragaman jenis organisma laut dan kestabilan ekosistem
peraiaran laut secara keseluruhan yang juga merupakan salah satu
point dari Sustainable DevelopmentGoals.
Hal penting lainnya juga yang harus menjadi perhatian
serius di Maluku adalah perlu adanya kerjasama antar insan
perguruan tinggi dan pemerintah dalam membuat rumusan
kebijakan yang berhubungan dengan monitoring kesehatan laut
dengan menggunakan mikroorganisma seperti fitoplankton
sebagai salah satu indikator Ocean Health Index (OHI) atau Indeks
Kesehatan Laut (IKLI). Ketersediaan Index Kesehatan Laut (IKLI) di
perairan Maluku masih sangat terbatas dan baru dilakukan kajian
di perairan semi-tertutup yaitu Teluk Ambon dan Teluk Baguala
dengan nilai IKLI yang rendah (Kesaulya et al., 2023).
” Dengan tersedianya Ocean Health Index (OHI) atau Indeks Kesehatan Laut
(IKLI) dari perairan Maluku secara luas, akan dapat digunakan
sabagai salah satu syarat dalam menunjang usaha perikanan di
Maluku untuk masuk ke pasar internasional,”pungkasnya.(DM-04)
