Connect with us

Pemkab MBD

Bahasa Moa Terancam Punah, Wabup MBD : Lestarikan ke Generasi Muda

Published

on

AMBON,DM.COM,-Sejumlah bahasa daerah di Provinsi Maluku, termasuk bahasa Moa di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), terancam punah. Ini karena tidak dituturkan secara kontinyu kepada generasi muda agar bahasa setempat di wariskan atau dilestarikan.

Demikian disampaikan Kepala Balai Bahasa Provinsi Maluku, Kity Karenisa, saat Bimbingan Teknis Pengajar Utama Bahasa Moa untuk Tunas Bahasa Ibu yang digelar di SD Negeri 1 Tiakur, Senin (11/08/2025).

‎Menurut dia, berdasarkan data dari Statistik Kebahasaan dan Kesastraan Tahun 2024, bahasa-bahasa yang ada di Provinsi Maluku ada di tingkat vitalitas bahasa yang memprihatinkan dengan banyak bahasa dan sedikit penutur termasuk bahasa Moa. 

‎‎“Ada vitalitas kemunduran dimana sebagian penutur, baik anak-anak, remaja, maupun generasi tua tidak lagi menggunakan bahasa daerah, lalu kategori terancam punah yaitu mayoritas penutur berusia 20 tahun ke atas dan generasi tua tidak berbicara kepada anak-anak atau di antara mereka sendiri dengan bahasa daerah dan kritis yaitu penuturnya hanya kelompok masyarakat berusia 40 tahun ke atas dan jumlahnya sangat sedikit,” jelasnya.

‎Padahal, lanjut dia, dengan mempertahankan bahasa adalah bentuk perjuangan identitas dan warisan budaya. Bahasa, kata dia, ibarat anak yang dirawat dengan penuh kasih sayang dengan keterlibatan aktif agar bisa hidup dan tumbuh serta berkembang.

‎‎”Oleh karena itu, melalui program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) selama tiga tahun kedepan, kita dorong agar bahasa Moa di Kabupaten MBD tetap lestari,”harapnya.

‎Ia berharap, dengan RBD ini, Pemkab. MBD menemukan formula sendiri untuk melestarikan bahasa daerah yang menjadi kekayaan dan identitas Kabupaten MBD.

‎Sementara itu, Wakil Bupati MBD, Agustinus L. Kilikily ketika membuka kegiatan tersebut mengatakan, Bahasa Moa menjadi focus utama Balai Bahasa Provinsi Maluku untuk dihidupkan kembali melalui pewarisan ke generasi muda. Bukan sekedar pilihan tetapi sebuah tanggungjawab bersama, karena ketika bahasa daerah punah maka budaya dan nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya ikut hilang.

“Kita tidak bisa pungkiri bahwa hari ini, banyak anak-anak kita yang sudah tidak lagi mengerti, bahkan tidak menggunakan Bahasa Moa dalam keseharian mereka. Ini adalah sinyal peringatan bagi kita semua. Salah satu penyebabnya adalah karena proses pewarisan bahasa tidak berjalan sebagaimana mestinya,” ungkap Kilikily.

‎‎Revitalisasi Bahasa daerah bukan hanya sekadar program pelestarian melainkan upaya memastikan Bahasa ibu tetap hidup, digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan diturunkan kepada generasi berikutnya.

‎‎Ia menambahkan, program ini dapat membantu Pemerintah Kabupaten MBD untuk terus melestarikan Bahasa moa. Misalnya, melalui pembuatan regulasi penggunaan bahasa atau muatan lokal sekolah.

‎“Saya mengajak semua peserta bimbingan teknis pengajar utama agar mengikuti dengan penuh semangat, antusiasme, dan penuh komitmen. Sebab keberhasilan program ini ada ditangan kita semua. Menyerap materi yang disampaikan fasilitator akan menjadi kunci utama keberhasilan program ini,”pungkasnya.(DM-04)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *