Connect with us

Ragam

Balai Bahasa : Ada Tiga Bahasa Daerah di Maluku Sudah Punah

Published

on

AMBON,DM.COM,-Kepala Balai Bahasa Provinsi Maluku, Kity Karenisa, S.S., M.M mengaku, ada tiga desa di Maluku, bahasa daerahnya sudah dinyatakan punah. Balai bahasa juga kuatir ada bahasa daerah lain didaerah ini, ikut terancam punah.

“Dari 113 bahasa daerah di Indonesia ada 5 Bahasa Daerah yang dinyatakan punah. Dan, 3 diantaranya bahasa daerah di Maluku,”kata Karesina, kepada awak media di Kantor Balai Bahasa Provinsi Maluku di kawasan Nania, Jumat (28/11/2025).

Dia mengaku, bahasa daerah yang sudah punah, yakni bahasa daerah Kayeli di Kabupaten Buru, bahasa daerah Hoti di Kabupaten Maluku Tengah, dan bahasa daerah Piru di Kabupaten Seram Bagian Barat.

“Kami sebenanrnya punya ketakutan, kalau bagian vitalitas ini lebih luas lagi. Apakah, baru tiga bahasa daerah yang sudah dinyatakan punah. Tapi bagian vitalitasnya, baru terbatas di tiga bahasa daerah ini (yang sudah punah),”bebernya.

Atas dasar itu, lanjut dia, Balai Bahasa Provinsi Maluku, sudah mencoba menyampaikan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) tiga daerah itu.

” Bahwa kami baru kerjasama dengan Pemkab Malteng dan belum kerjasama dengan Pemkab SBB. Mereka memang menyampaikan keprihatinan mengenai hal ini. Tetapi membuka pengertian orang-orang yang masih punya kemampuan berbahasa daerah itu untuk kembali menggunakan bahasa daerahnya,”sebutnya.

Dia berharap, opa oma yang mengucapkan bahasa daerah, jika tidak ada siapa lagi. “Nah, kalau opa oma tidak cepat menurunkan bahasa daerah kepada kepada anaknya dan kepada cucunya, bahasa daereah itu dipastikan akan hilang,”ingatnya.

Tak hanya itu, harap dia, media cetak dan media elektronik dibutuhkan untuk menyuarakan dan menyadarkan Pemda, menyadarkan keluarga-keluarga di Maluku, menyadarkan komunitas untuk giat kembali berbahasa daerah.

Ketika disinggung soal pihak Balai Bahasa Provinsi Maluku, bisa membantu mengembalikan bahasa daerah yang sudah punah atau terancam punah. “Soal cara kita siap menjadi konsultan di Balai Bahasa Maluku ini. Memang secar ilmiah kita punya beberapa cara untuk menurunkan kemampuan berbahasa daerah ini,”bebernya.

Dia mengakui, orang berbicara ada yang mendegarkan. Mendegarkan kemudian menggunakan dalam berbahasa daerah. “Memang ada lingkungan yang membuat kita harus berbahasa daerah. Dan memang lingkungan kita harus ciptakan untuk anak-anak kita,”ingatnya.

Untuk itu, dia menegaskan, tidak hanya Balai Bahasa Provinsi Maluku membantu memfasilitasi agar bahasa daerah dihidupkan kembali, tetapi harus dilakukan semua orang.
” Tidak bisa hanya dilakukan oleh Balai Bahasa saja. Semua punya keinginan kuat harus berbahasa daerah,”tandasnya.

Meski begitu, diakutir ada bahasa daerah lain yang ikut punah.”Sementara ini, baru tiga bahasa yang punah. Kita kuatir bertambah lagi bahasa daerah lain yang ikut punah,”sebutnya.

Soal bahasa Hoti, lanjut dia, ada yang mengaku bisa berbahasa Hoti. “Lalu dicek lagi oleh teman-teman di Balai Bahasa, ternyata itu bukan bahasa daerah Hoti,”terangnya.

Tak hanya itu, tambah dia, ada media yang mempublikasikan kalau bahasa Teon Nila Serua, Kabupaten Malteng, tidak ada lagi. “Padahal Bahasa derahnya ada. Jadi baru terkonfirmasi baru tiga bahasa ini yang sudah punah,”pungkasnya.(DM-04)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *