Politik
Ada Lawan Tangguh Bisa “Tumbangkan” Dominasi Kepemimpinan di Malteng

DINAMIKAMALUKU.COM, AMBON-Pilkada Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) hampir pasti digelar 2022 mendatang. Suhu politik menuju perhelatan politik lima tahunan itu mulai memanas.
Ini setelah “perang” duo srikandi Tuasikal, yakni Miranti Dewaningsih Tuasikal (isteri mantan Bupati Malteng Abdullah Tuasikal, saat ini anggota DPD RI) dan Mien Ru’ati Tuasikal (isteri bupati Malteng, Tuasikal Abua), mulai diwacanakan maju mencalonkan diri rebut kursi Bupati Malteng, setelah Tuasikal Abua, sudah dua periode memimpin kabupaten tertua di Maluku itu.
Begitu juga sejumlah figur mulai diwacanakan dan dijagokan bakal maju merebut kursi Bupati dan Wakil Bupati Malteng.
Lantas, apakah ada kekuatan politik yang bisa menumbangkan dominasi tradisi keluarga Tuasikal menguasai Malteng ?, informasi dihimpun menyebut Ketua DPD PDIP Maluku, Murad Ismail, yang juga Gubernur Maluku, saat ini tengah mempersiapkan figur baru penantang keluarga Tuasikal di Pilkada Malteng.
Dia adalah Ibrahim Ruhunusa. Mantan Ketua DPRD Malteng dan putra Leihitu ini dikhabarkan didukung tokoh masyarakat jazirah Leihitu. “Tokoh masyarakat Leihitu sudah ketemu Pak Murad. Mereka meminta Pak Murad mendukung Ruhunusa,”kata sumber DINAMIKAMALUKU.COM, Selasa (26/1)
Dia mengaku, Murad mengamini permintaan tokoh masyarakat Leihitu, mencalonkan Ruhunusa, merebut kursi Malteng 01.”Ruhunusa disiapkan Pak Murad, lawan keluarga Tuasikal. Sekitar bulan Juni Ruhunusa sudah jadi kader PDIP,”terangnya.
Terpisah, pengamat politik, Said Lestaluhu menilai, parpol yang bisa memainkan peran di Pilkada Malteng, bisa mengalahkan keluarga Tuasikal, adalah PDIP.” Jadi yang mainkan kartu truf itu PDIP. Apakah mereka bisa melahirkan figur-figur yang bisa mampu lawan keluarga Tuasikal. Tergantung Ketua DPD PDIP Maluku, Murad Ismail,”kata Lestaluhu, ketika dihubungi DINAMIKAMALUKU.COM, pekan kemarin.
Apalagi, ingat akademisi FISIP Unpatti ini, dari sisi organisasi politik, Murad adalah Ketua DPD PDIP Maluku, sebagai penentu arah dukungan politik di Pilkada Malteng. “Jadi harus ada partai besar penyokong yang bisa menggerakan mesin politik yang punya infrastruktur di masyarakat,”sebutnya.
Begitu juga dengan basis dukungan di jazirah Leihitu dan Salahutu, dengan jumlah pemilih yang signifikan bisa jadi ancaman. ” Kalau ditambah suara dari Pulau Seram, Saparua, Nusalauat dan Haruku, saya kira jadi sebuah kekuatan baru mengalahkan figur yang didukung keluarga Tuasikal,”ingatnya.
Begitu juga kejenuhan masyarakat Malteng, terhadap dinasti Tuasikal. Setidaknya bisa mengubur harapan keluarga Tuasikal, kembali memimpin kabupaten tertua di Maluku itu.”Setiap masyarakat manapun pasti ingin perubahan. Namun, harapan masyarakat itu tergantung orang yang mencalonkan diri. Apalagi, adik dan kakak Tuasikal hampir 20 tahun pimpin Malteng. Tentu masyarakat jenuh dan bakal memilih figur yang lebih fres,”ujarnya.
Namun, ingat dia, ada mekanisme yang sulit dilalui. Apalagi, pencalonan lewat partai politik sangat berat.”Pengalaman Pilkada Malteng, khan Pak Abua, lawan kotak kosong. Tergantung mekanisme rekrutmen di partai politik. Kalau mereka ingin perubahan pasti mereka mengakomodir calon-calon yang punya kapasitas. Tapi kalau mereka terjebak dalam sistim oligarki dan kapital, dan berbasis uang pasti menjadi lahan subur,”paparnya.
Apakah ada keinginan masyarakat Malteng pilih figur baru. Kata dia, akses politik keluarga Tuasikal, masih kuat.” Semuanya tergantung pilihan masyarakat. Apalagi, hak-hak demokrasi ada di rakyat. Begitu juga pencalonan lewar jalur independen tidak greget bagi calon bupati dan wakil bupati. Memang jaringan politik, Keluarga Tuasikal, cukup kuat. Jadi peluang sangat besar,”ingatnya
Apalagi, Abua dan Marlatu Leleury, saat Pilkada 2015 lalu, lawan kotak kosong dan menang sekitar 70 persen lebih.” Itu khan fenomena. Kita lihat bahwa struktur masyarakat di Malteng yang berbasis pulau-pulau itu sukar untuk melakukan konsolidasi. Beda dengan kota Ambon yang satu daratan dan dinamis pemilihnya,”jelasnya.
Begitu juga sentimen primodial yang cukup tinggi di masyarakat Malteng, dengan tingkat kemiskinan yang cukup tinggi menjadi lahan subur bagi para pemilik modal, terutama para bakal calon untuk mengakumulasi bagi keuntungan.
Tak hanya itu, dia menilai, ada keinginan Miranti dan Mien Mu’riati ddidorong mencalonkan diri setelah Safitiri Soulisa, isteri Bupati Buru Selatan Tagop Soulisa terpilih sebagai bupati Bursel.”Fenomena ini terinspirasi dengan kemenangan Safitri Soulisa, isteri Bupati Bursel, Tagop Soulisa,”ingatnya.
Fenomena terpilihnya Safitri, jadi inspirasi bagi para isteri yang punya suami sangat berpengaruh dan memiliki peluang untuk terpilih menjadi seorang bupati. “Dan hal ini sangat berpengaruh di Malteng. Saya lihat ibu Miranti lakukan deklarasi pencalonan, isteri Pak Abua juga mulai lakukan konsolidasi. Memang di politik itu tidak ada kawan abadi. Yang ada hanya kepentingan abadi,”tandasnya.
Apakah, dua figur dari isteri dari kakak dan adik ini hanya setingan untuk mendukung salah satu di Pilkada Malteng, dia menilai.”Kalau ada agenda seting untuk menguasai wacana publik bisa juga. Ini dilakukan untuk menutup ruang bagi calon lain untuk mencalonkan diri,”sebutnya.
Dia menganalogikan, ada upaya melempar batu di danau yang tenang tiba-tiba ada gelembung yang mengarah ke daratan. ” Mereka akan tes siapa yang memiliki popuparitas dan tingkat penerimaan ditengah masyarakat yang kuat. Mungkin ada kesepakatan yang kita tidak tahu. Apalagi ada mekanisme survei juga. Kalau survei ada yang teratas dan muncul figur baru bisa saja mereka ambil keputusan. Jadi itu strategisnya seperti itu,”bebernya.
Strategis politiknya, tambah dia, ada upaya untuk menutup ruang diskursus publik terhadap kandidat lain agar semua orang, melihat mereka dipandang cakap dan kemampuan untuk mencalonkan sebagai calon bupati di Malteng.” Apalagi media sosial semakin masif. Intinya, bagaimana menguasai informasi publik. Mereka ini serangan darat sudah dikuasai. Ditambah serangan udara selesai,”katanya.
Soal figur-figur yang diwacanakan atau berkeinginan mencalonkan diri, apakah bisa mengimbangi calon dari keluarga Tuasikal, dia mengatakan, politik sangat dinamis.” Yang penting para bakal calon melakukan konsolidasi dengan baik, dan mendapat dukungan kuat dari masyarakat, yang pasti menang,”pungkasnya.(DM-01)
