Ragam
Besok, Kunker di MBD, Presiden Lihat Peternakan Rakyat Kerbau Moa



AMBON, DM. COM,-Rencana kunjungan kerja (Kunker) Presiden Joko Widodo, ke Kota Tiakur, Kabupaten Maluku Barat Daya, telah dipersiapkan secara matang oleh pemerintah Kabupaten setempat dan Pemerintah Provinsi Maluku.

Salah satunya, kesiapan potensi peternakan rakyat Kerbau di Pulau Moa, yang bakal dilihat langsung orang pertama dinegara ini. “Kita tengah mempersiapkan lokasi kunjungan Pak Presiden melihat langsung peternakan rakyat Kerbau Moa,”kata Kadis Pertanian Provinsi Maluku, DR Ilham Tauda, SP, M.Si, ketika menghubungi DINAMIKAMALUKU.COM, Rabu (14/9/2022).

Dia mengaku, kondisi eksisting dan permsalahan kerbau Moa, yakni Kerbau Moa merupakan ternak endemik lokal plasma nutfah yang dilindungi sejak tahun 2011 lalu.” Hal yang menarik dari kerbau Moa adalah bisa beradaptasi denan cuaca panas ekstrim sesuai kondisi dan topografi di MBD,”jelasnya.

Dikatakan, Kerbau Moa, hanya butuh kubangan untuk minum dan berendam sesaat, yang tersedia saat ini di Pulau Moa hanya satu kubangan di desa Werwaru yang berfungsi bantuan APBD Kabupaten MBD.”Populasi Kerbau Moa saat ini 11.360 ekor ( angka tetap 2021 statistik peternakan ). Rata-rata pengeluaran Kerbau Moa, per tahun 900 sampai dengan 1.000 ekor ke Provinsi Sulawesi Selatan dan Papua,”terangnya.

Dikatakan, harga rata-rata Kerbau Moa kisaran Rp 6 juta sampai dengan Rp 10 juta rupiah tergantung umur dan berat badan.”Mengingat pengeluaran yang cukup besar, maka perlu adanya regulasi terkait pengeluaran ternak guna menjaga populasi plasma nutfah Kerbau Moa di Maluku serta dukungan anggaran dari Kementerian Pertanian untuk pengembangan populasi ternak Kerbau Moa,”sebutnya.
Namun, ingat dia, perkembangan Kerbau Moa
pada habitat aslinya (in-situ) dihadapkan pada persoalan makin menurunnya populasi dan produktivitas yang rendah. “Ternak kerbau lokal umumnya dipelihara dan diusahakan oleh peternak dengan cara yang masih tradisional (sistem pemeliharaan tradisonal ekstensif) sehingga berdampak terhadap lambatnya perkembangan
produktivitasnya,”jelasnya.
Fakor lain yang masih menjadi kendala dalam pengembangan kerbau Moa adalah tidak tersedianya pakan ternak yang dilakukan secara budidaya sehingga ternak Kerbau sangat tergantung
pada pakan yang tersedia di alam. Dari sisi sumber daya manusia, pengetahuan dan ketrampilan
peternak pada umumnya masih rendah dan terbatas disebabkan latar belakang pendidikan
peternak kerbau yang pada umumnya juga rendah, sehingga belum ada inovasi dan teknologi
dalam upaya peningkatan usaha pengembangan ternak kerbau.
“Setiap tahun, kerbau Moa mati dalam jumlah yang banyak terutama
di musim kemarau dari bulan Juni hingga September. Untuk mengatasi masalah tersebut itu, dibutuhkan bantuan pemerintah pusat untuk membangun
infrastruktur pendukungnya, antara lain penyediaan air berupa instalasi perpipaan dan pagar.
“UPTD pembibitan ternak kerbau Moa kurang lebih 1.000 meter, penyediaan obat-obatan ternak ruminansia, pengembangan kebun hijauan pakan ternak (HPT) dan Embung sebanyak 5 unit.
Selain itu Regulasi terkait pengeluaran ternak antar provinsi diperlukan dukungan regulasi dan
kelembagaan Stasuin Karantina Hewan dari Kementarian Pertanian untuk melindungi populasi
kerbau MOA dan mencegah pengeluaran illegal secara besar-besaran dari Kabupaten Maluku Barat
Daya ke daerah lainnya,”pungkasnya.(DM-01)
