Connect with us

Politik

BMW “Murka” Jhoni Allen Jelek-jelekan SBY dan Partai Demokrat di Muka Umum

Published

on

DINAMIKAMALUKU.COM, JAKARTA-Ketua DPP Partai Demokrat, Michael Wattimena, akhirnya angkat bicara soal kisruh ditubuh partai berlambang bintang Mercy itu.

Wattimena, sapaan BMW (Bung Michael Wattimena) yang juga Ketua Umum DPP Insan Muda Demokrat Indonesia (IMDI) meyakini gerakan yang dilakukan Jhoni Allen tidak perlu ditangapi berlebihan, namun tetap diantisipasi.

Terlebih sepengatahuan dirinya, gerakan tersebut sudah mempunyai sekretariat di Hotel Aston.”Sangat wajar bilamana Ketum AHY dan Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) waspada,” ujarnya.

Untuk itu, BMW sangat menyesalkan pernyataan Allen, yang menjelek-jelekan SBY dan Partai Demokrat.”Tak elok bicara seperti itu (jelek-jelekan SBY dan Demokrat) di depan umum,”kesal mantan anggota DPR RI dua periode itu.

Setelah dipecat oleh DPP Partai Demokrat, politikus senior Jhoni Allen Marbun akhirnya buka suara soal tuduhan kudeta di tubuh Partai Demokrat. Secara terang-terangan, Jhoni menyebut Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang melakukan kudeta di Partai Demokrat dengan merebut kepemimpinan Anas Urbaningrum. 

Jhoni buka suara melalui video berdurasi sembilan menit yang tersebar di media sosial. 

Dikutip Tribunnews.com pada Senin (11/3/2021), Jhoni mengatakan Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat pada 2021 akan membawa Partai Demokrat menjadi partai modern dan terbuka, bukan partai dinasti. 

Menurut Jhoni, Demokrat telah dianggap sebagai partai dinasti sejak 2013 saat SBY menjadi Ketua Umum dan putranya, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), menjadi Sekjen melalui KLB.

Ini baru pertama kali di Indonesia bahkan di dunia dimana pengurus partai politik, Partai Demokrat, bapaknya, SBY (menjadi) ketua umum dan anaknya (menjabat) Sekjen,” kata Jhoni. 

Jhoni mengatakan, apa yang dilakukan SBY pada 2013 itu merupakan bentuk pengingkaran fakta sejarah lahirnya Partai Demokrat. 

Anggota DPR Partai Demokrat ini mengatakan, SBY tidak mengeluarkan keringat dalam pendirian Partai Demokrat pada 2004. 

Partai Demokrat berhasil lolos menjadi peserta Pemilu 2004, kata Jhoni, merupakan hasil kerja keras pendiri dan pengurus di seluruh Indonesia. 

“Demi Tuhan. Saya bersaksi bahwa SBY tidak berkeringat sama sekali, apalagi berdarah darah sebagaimana pernyataanya di berbagai kesempatan,” ujarnya. 

Mantan Timses Anas Urbaningrum ini menyatakan SBY bergabung ke Demokrat setelah Demokrat lolos sebagai peserta Pemilu 2004. 

Saat itu, istri SBY, Ani Yudhoyono dimasukkan menjadi Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokkrat dan hanya menyumbang uang Rp 100 juta.

Jhoni mengungkap, SBY baru muncul di acara Partai Demokrat setelah mundur dari Kabinet Presiden Megawati. 

“Ini menegaskan bahwa SBY bukan pendiri Partai Demokrat,” tegas Jhoni. 

Jhoni Sebut SBY yang Lakukan Kudeta

Jhoni kemudian melemparkan kalimat pertanyaan, siapa yang melakukan kudeta di Demokrat. 

Politikus asal dari Dapil Sumatera Utara ini menceritakan saat Anas Urbaningrum terpilih sebagai Ketua Umum Demokrat hasil kongres 2010. 

Dalam perjalanannya, Anas kemudian tersandung kasus hukum. 

Meski belum menjadi tersangka, lanjut Jhoni, SBY dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pembina kemudian mengambil kepemimpinan Partai Demokrat dengan membentuk Presidium.

“SBY selaku ketua depan pembina Partai Demokrat dan juga Presiden RI mengambil kekuasaan Partai Demokrat dengan membentuk Presidium dimana ketuanya adalah SBY, Wakil Ketua Anas Urbaningrum sehingga (Anas) tidak memiliki fungsi dalam menjalankan roda organisasi Partai Demokrat sebagai Ketua Umum. Inilah kudeta yang terjadi di Partai Demokrat,” bebernya. 

Jhoni melanjutkan, setelah Anas Urbaningrum menjadi tersangka, digelar KLB pertama untuk memilih ketua umum guna melanjutkan sisa kepemimpinan Anas.

Menurut Jhoni, saat itu, SBY menyatakan hanya akan melanjutkan kepemimpinan Anas. 

Jhoni mengaku diperintah SBY untuk membujuk Marzuki Alie yang saat itu menjadi Ketua DPR untuk tidak maju menjadi calon ketua umum.

Kemudian di Kongres 2015, Jhoni menuding SBY melakukan rekayasa agar SBY menjadi calon tunggal, hingga akhirnya SBY terpilih sebagai Ketua Umum. 

Jhoni menyebut, SBY kembali melakukan rekayasa dalam Kongres di tahun 2020. 

“Pembahasan dan penetapan tata tertib acara tidak dilakukan dimana salah satun isinya membatas syarat dan tata cara pencalonan calon ketum. Selain itu tidak ada LPj dari Ketua,” ujar Jhoni. 

Setelah itu, kata Jhoni, SBY mendesain para ketua DPD agar mendeklarasikan putranya, Agus Harimurti Yudhyono, sebagai calon ketua umum. 

“Itulah yang mereka sebut aklamasi. Makanya AHY berada di puncak gunung tetapi tidak pernah mendaki,” kata Jhoni. 

Menurut Jhoni, Partai Demokrat di bawah kepemimpinan AHY saat ini sedang mengalami krisis kepemimpinan. 

“Oleh karena itu, AHY selaku ketua umum tidak tahu cara turun gunung sehingga bapaknya, SBY yang saya hormati turun gunung. Inilah yang disebut krisis kepemimpinan,” bebernya. (DM)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *