Ragam
Disoroti Pelayanan di Atas Kapal, Ini Penjelasan Nakhoda KM Sanus 67
DINAMIKAMALUKU.COM, AMBON-Nakhoda Kapal Motor Sabuk Nusantara (KM Sanus) 67, Petrus Parapaga akhirnya angkat suara terkait sorotan terhadap pelayanan di kapal perintis yang dipimpinnya.
“Itu tidak benar itu. Pelajaran kepada penumpang selama pelayaran tidak ada masalah,”kata Petrus ketika menghubungi DINAMIKAMALUKU.COM, Sabtu (4/12/2021).
Dia mengaku, kalau pelayanan air di atas kapal selalu tersedia air bagi penumpang ‘Mungkin para penumpang tidak sabar antri. Jadi pelayanan air bersih sangat baik,”tandasnya.
Soal cara handphone di Kantin kapal, jelas dia, kantin dikelola oleh suasta. “Jadi itu milik suasta. Kantin itu dari perhubungan baru diserahkan kepada pihak suasta. Kontrak dari PELNI. Mereka bayar sama PELNI. Nah karena mereka bayar sama PELNI segala sesuatu di Kantin haris bayar. Jadi satu trip itu tidak salah mereka kontrak itu Rp 5 juta, “bebernya.
Kecuali, ingat mantan Nakhoda KM Sanus 43 dan 103, dirinya sudah sampaikan bahwa air putih itu gratis dan memang itu pesan dari PELNI. “Sementara disebutkan bahwa ada penumpang yang istimewa tidak ada itu. Memang di atas kapal ada pedagang. Semua pedagang saya sudah panggil. Tujuanya agar mereka tidak ribut selama pelayaran,”jelasnya.
Dia mengaku, sempat ribut. Namun, dia mengarahkan pada pedagang ditempat khusus agar tidak menganggu penumpang. ” Kadang kalau malam saya turun tegur kalau ini jam tidur. Jadi saya berikan pemahaman. Mungkin saya tidak kontrol ada yang menganggu. Jadi mungkin bapak Oliver itu naik mungkin ada yang menganggu,”bebernya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, kehadiran kapal perintis seperti Kapal Motor Sabuk Nusantara (KM Sanus) sedianya melayani masyarakat di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan. Namun, kehadiran kapal yang disubsidi pemerintah pusat itu pelayanannya mengecewakan warga yang menumpang kapal tersebut.
Salah satunya KM Sanus 67. Kapal yang dikelola PT PELNI melayari sejumlah wilayah di Kabupaten Maluku Barat Daya itu, disoroti karena minimnya pelayanan kepada penumpang ketika berlayar.”
“Ada beberapa poin yang harus di benahi soal pelayanan di atas KM Sanus 67.” Pertama pelayan air panas terhadap penumpang. Kerap kali katong pergi minta air panas tapi tidak mau di layani oleh petugas kantin kapal,”kata salah satu elemen pemuda MBD, Erick Olivier, kepada DINAMIKAMALUKU.COM, Sabtu (4/12/2021).
Dia mengaku, persoalan itu pernah di tanyakan aleh salah satu penumpang kepada Nakhoda KM Sanus 67. “Ketika Nakhoda berjanji untuk menyediakan air panas guna memenuhi kebutuhan penumpang selama pelayaran. Namun sampai saat ini belum kunjung di berlakukan susai janji sang Nakhoda, “kesalnya.
Selain itu, soal charger handphone penumpang selama pelayaran. Charger handphone penumpang juga di pungut biaya. ” Setiap kali cas hp katong harus bayar Rp 5000. Nah setelah kemarin beta sendiri yang langsung bertanya kepada petugas kantin soal di setor ke mana uang cas hp ini. Namun petugasnya bingung tidak bisa menjawab,”terangnya.
Apalagi, semua colokan listrik di atas kapal tidak bisa digunakan karna tidak ada arus listrik. Dia menduga kuat colokan listrik sengaja di buat tidak berfungsi supaya semua penumpang bisa cas hp di kantin dan pihak kapal mendapat keuntungan dari situ.
Tak hanya disitu, ada seorang penumpang perempuan yang berlagak seperti Nakhoda kapal yang ingin menguasai seluruh tempat di atas kapal. Dia juga bebas melakukan apa saja termasuk karaoke di ruang penumpang sampai larut malam dan sangat’ meresahkan banyak penumpang.
Dia menduga penumpang tersebut memiliki hubungan dekat dengan Nakhoda KM Sanus 67.”Jadi setiap perbuatan yang di buat itu tdak bisa di tegur oleh siapa pun walau perbuatannya melawan aturan di atas kapal,”tegasnya.
Untuk itu, dia dan para warga di MBD mengharapkn adanya pembenahan soal pelayanan dab lebih khususnya soal pungutan liar.”Kalau bisa Nakhoda di ganti pimpinan PT PELNI, karna tidak bisa melakukan tugas-tugasnya dengan baik selama pelayanan melayani dan melindungi penumpang diatas kapal,”pungkasnya. (DM-01)