Ekonomi
FP Unpatti Gelar PKM di Suli, Berdayakan Warga Pesisir Manfaatkan Molusca
AMBON,DM.COM,-Fakultas Perikanan (FP) Universitas Pattimura (Unpatti), melalui Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, melaksanakan kegiatan Program Pemberdayaan Masyarakat (PKM) di
PKM yang digelar bertajuk, “Pemanfaatan Molusca sebagai Pangan Konsumsi” yang dilaksanakan di Negeri Suli, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), Rabu (31/7/2025).
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mengedukasi masyarakat mengenai potensi moluska (kerang) sebagai bahan pangan yang tidak hanya bernilai konsumsi, tetapi juga memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat pesisir.
Sesuai keterangan tertulis yang diterima DINAMIKAMALUKU.COM, Jumat (1/8/2025), Ketua Tim PKM Dr. Meigy Nelce Mailoa, S. Pi, M. Si menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi yang didanai melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pattimura. Ia menekankan bahwa fokus utama kegiatan ini adalah pemberdayaan masyarakat pesisir di Negeri Suli dengan memanfaatkan potensi lokal berupa moluska untuk mendukung peningkatan ekonomi masyarakat.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan tim, Negeri Suli dipilih sebagai lokasi kegiatan karena dinilai sebagai kawasan pesisir yang masyarakatnya sangat bergantung pada pemanfaatan sumber daya laut, tidak hanya ikan, tetapi juga moluska.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa selama ini pemanfaatan moluska oleh masyarakat setempat hanya sebatas sebagai lauk pengganti ketika kondisi cuaca ekstrem menghalangi aktivitas melaut. Oleh karena itu, dalam kegiatan ini masyarakat diberikan pelatihan pengolahan moluska menjadi produk pangan bernilai jual seperti lawar bia, serundeng kerang, dan sambal kerang.
“ Kegiatan ini tidak berhenti pada pelaksanaan hari ini saja. Pihaknya akan terus melakukan pendampingan secara berkelanjutan kepada kelompok masyarakat yang telah dibentuk,”jelasnya.
“Kami akan melakukan pendampingan dan pada tahap akhirnya akan dilakukan evaluasi. Jadi, kegiatan ini bukan hanya berlangsung satu hari, melainkan akan terus berlanjut hingga kelompok yang kami dampingi mampu menghasilkan produk secara mandiri,” tutupnya.
Dikesempatan yang sama Prof. Ir. Jusuf Leiwakabessy, M.S mengungkapkan bahwa potensi moluska di wilayah tersebut sangat besar. Ia juga mengapresiasi cita rasa hasil olahan yang disajikan.
“Potensinya cukup besar di sini. Saya mencoba hasil olahannya dan rasanya enak. Karena itu, saya tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai kandungan yang terdapat dalam jenis bia ini,” ungkapnya.
Dia menjelaskan bahwa berdasarkan hasil penelitian, dua jenis moluska yang ditemukan di wilayah tersebut memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, dengan komposisi asam amino yang lengkap. Selain protein, moluska tersebut juga mengandung asam lemak, terutama asam lemak omega-3 dan omega-6.
“Selain itu, daging Moluska ini juga mengandung vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh,” jelas Beliau.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa alasan pemilihan Desa Suli sebagai lokasi kegiatan adalah karena wilayah ini memiliki potensi moluska yang melimpah, dan masyarakatnya telah mulai melakukan pengolahan secara mandiri.
Saat ditanya mengenai kemungkinan pelaksanaan kegiatan serupa di desa lain, Prof. Ucu menegaskan bahwa saat ini fokus utama masih pada Desa Suli. “Kita mulai dulu dengan Desa Suli. Jika masyarakat di sini sudah memahami potensi yang ada di sekitar mereka dan mulai mengembangkan produk-produk olahan yang berbeda dari yang biasa mereka buat, maka kegiatan ini dapat diperluas ke daerah lain yang memiliki potensi serupa,” ujarnya.
Ir. Theodora E. E. A. Matrutty. M. Si selaku narasumber menjelaskan bahwa selama ini kerang biasanya diolah menjadi makanan yang umum dikenal masyarakat, seperti sambal goreng dan berbagai olahan lainnya. Namun, dalam kegiatan ini, pihaknya berupaya menciptakan produk olahan yang memiliki masa simpan (expired date) lebih panjang, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai ekonomis dari produk tersebut.
Lanjut dijelaskan bahwa pihaknya menginginkan adanya kemitraan dengan desa-desa yang berpotensi. “Kami memberikan teknologi serta edukasi yang komprehensif, tidak hanya mengenai teknologi pengolahan, tetapi juga bagaimana membangkitkan jiwa kewirausahaan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa masyarakat juga diajarkan cara mencari pasar dan memasarkan produk, baik melalui media sosial maupun berbagai saluran lainnya. “Selain itu, aspek legalitas usaha juga akan diberikan pembelajaran, mengingat kegiatan ini merupakan inisiatif pertama di wilayah tersebut,” jelasnya.
Lebih lanjut, dikatakan bahwa pendampingan akan terus dilakukan. “Bagi siapa saja yang serius menjadikan kegiatan ini sebagai sumber penghasilan sehari-hari, maka mereka akan mendapat dukungan penuh dari kami,” tutupnya.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu Tahapan Penyuluhan, Tahapan Pendampingan, dan Tahapan Evaluasi yang dilakukan secara berkelanjutan. Narasumber yang hadir dalam kegiatan ini antara lain Dr. Meigy Nelce Mailoa, S. Pi, M. Si, yang membawakan materi tentang Nilai Gizi Molusca dan Pentingnya Diversifikasi Pangan Lokal; Dr. Ir. R. B. D. Sormin, M. Si dengan materi Molusca sebagai Potensi Pangan Konsumsi; serta Ir. Theodora E. E. A. Matrutty, M. Si yang menyampaikan materi mengenai Strategi Pemasaran, Kewirausahaan, dan Branding Produk Berbasis Molusca serta ditutup dengan sesi foto bersama.(DM-04)