Connect with us

Pendidikan

LPPM Unpatti Wadahi 21 Pusat, Termasuk Jurnal & Penerbitan Ilmiah, Huliselan : Sudah Hasilkan 118 Jurnal

Published

on

AMBON,DM.COM,-Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pattimura (Unpatti) saat ini mewadahi 21 Pusat Jurnal dan Penerbitan Ilmiah. Hasilnya, sebanyak 118 jurnal hasil karya para dosen di kampus terbesar di Provinsi Maluku, telah diterbitkan.

“Terkait pengelolaan Jurnal di Unpatti. Perlu disampaikan bahwa di LPPM Unpatti, kita mewadahi 21 pusat, termasuk salah satunya pusat Jurnal dan penerbitan ilmiah,”kata Kepala LPPM Unpatti, Dr Estevanus K Huliselan, M.Si, kepada awak media di kantor LPPM Unpatti di Laboratorium Terpadu Blok Masela Unpatti, Rabu (26/11/2025).

Huliselan yang didampingi Sekretaris LPPM Unpatti, Dr Sherli Lewerissa, S.Pi, M.Si, Ketua Pusat Jurnal dan Penerbitan Ilmiah Unpatti, Dokter Cristi Titaley dan Dr Freska mengaku, pusat Jurnal dan penerbitan ilmiah memiliki kewenangan untuk mengelola seluruh Jurnal dan publikasi yang ada di Unpatti.

“Jadi selain pusat jurnal ini, kita juga dibungkus oleh centra Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). SDGI center, pusat halal. Jadi Unpatti punya pusat halal di LPPM yang melayani semua karya produk dosen, tapi juga melayani umum,”bebernya.

Tak hanya itu, Huliselan mengaku, ada satu lagi pusat jurnal dan penerbitan ilmiah yang langsung permintaan dari Gubernur Maluku dan Menteri Bappenas menjadikan Unpatti sebagai center of celent Kepulauan.

“Jadi namanya archipelago center of celent atau pusat unggulan kepulauan. Itu permintaan langsung dari Menteri Bappenas dan Gubernur Maluku. Ini yang nantinya akan memberilan kontribisi bagi pembangunan di Maluku dan juga secara nasional,”paparnya.

Dia melanjutkan, fokus pihaknya hari ini, yakni pusat jurnal dan penerbitan ilmiah. Dia mengaku, pengelolaan pusat ini, diketuai oleh Dokter Cristi Titaley dan Doktor Freska. Ada juga Doktor Riupassa.” Ada lima orang pengelola pusat jurnal dan penerbitan ilmiah di Unpatti,”sebutnya.

Lantas Unpatti sudah memiliki berapa Jurnal, dia mengaku, sebanyak s 118 jurnal yang terindeks Sinta berdasarkan data ada 62 jurnal.” Sisahnya nanti masih dalam tahap proses. Sementara satu terindeks kfokus. 1 Sinta sebanyak 2. 6 Sinta sebanyak 3. 24 Sinta sebanyak 4. Sedangkan Sinta 5 adalah 20. Sementara 11 Des Evaluasi untuk terindeks Sinta, kemudian penilaian bulan Oktober 2025 pengusulan ada 24 dan akan teregistrasi tambahan ada 18. Jadi 118 kita punya jurnal yang di kelola oleh Unpatti dalam pengelolaannya ini oleh pusat jurnal dan penerbitan ilmiah,”rincinya.

Selain pengelolaan Jurnal, lanjutnya, di pusat Jurnal dan penerbitan ilmiah juga memiliki kewenangan untuk mendampingi para dosen dalam peningkatan kapasitas Dosen dalam penulisan artikel ilmiah. “Jadi penulisan artikel ilmiah, dalam artikel terindek fokus, maupun terindek Sinta. Tapi rata-rata di Unpatti untuk publikasi terindeks Sinta itu bukan sesuatu hal yang baru. Kita geser psradigmanya ke terindeks fokus ysng Jurnal-Jurnal yang ditulis dosen yang terindeks fokus dalam Jurnal internasional bereputasi,”jelasnya.

Dia melanjutkan, Jurnal internasional bereputasi itu dinamakan kuartil. Diakui, kuartil 1 sampai kuartil 4. Kiu 1 sampai Kiu 4. “Kalau Sinta di Indonesia terindeks Sinta 1 sampai Sinta 6.Jadi Sinta 1 paling tinggi. Sementara Sinta 6 paling rendah. Sampai dengan Kuartil Kiu 1 itu paling tinggi dan Kiu 4 itu paling rendah,”urainya.

Untuk itu, ingat dia, Unpatti saat ini telah mendorong. Sebab, terang dia, baru 1 yaitu Jurnal Barekeng dari Fakultas Sains dan Teknologi.”Kita di Unpatti sementara mendorong untuk Jurnal-Jurnal pada posisi Sinta 1 hingga Sinta 3 itu untuk peersiapan pengajuan akreditasi Sfokus. Kita dorong kesana sehingga Jurnal-Jurnal yang belum terindeks, kita di pimpinan lembaga mengambil kebijakan untuk motatorium pembukaan penerbitan Jurnal-Jurnal yang baru,”tandasnya.

“Jurnal-jurnal yang belum terindeks didorong dengan bantuan teman-teman dari pusat penerbitan Jurnal dan Ilmiah untuk melakukan pendampingan, sehingga Jurnal-Jurnal semuanya terindeks Sinta,”lanjutnya.

Minimal, jelas Huliselan, terindeks Sinta, segingga Jurnal-Jurnal yang ada di Unpatti, pada tahun 2026 mendatang semua terindeks. “Nanti kalau sudah terindeks bisa memungkinkan untuk kebutuhan kita cabut moratorium untuk pembukaan dan pendaftaran untuk Jernal-Jurnal yang baru,”tandasnya.

Apalagi, ingat dia Jurnal-jurnal ditayang resmi di website LPPM. “Jadi ada publikasi, Jurnal dan fokus, serta lainya.Timbul pertanyaan, apakah mekanisme pendampingan seperti apa. Mekanisme pendampingan yang dilakukan untuk jurnal- jurnal yang terindeks Sinta maupun belum terindeks karena levelnya masih dibawah,”sebutnya.

Karenanya, pihaknya mendorong untuk naik peringkat lewat mekanisme pendampingan. “Ada sosialisasi. Kemudian dilakukan pendampingan coaching clinic.Coaching clinic itu supaya dimungkinkan agar proses pendampingan itu secara tuntas karena didampingi secara langsung,”samnungnya.

Hal ini permasalahan-permasalahan yang timbul dikelola pengelola. Tujianya, agar Jurnal diberikan solusi dan dibantu oleh pengelola, sehingga pengakuan Sintanya dan terindeksnya berjalan sebagaimana mestinya.

“Biasanya pembicara yang dipakai pengelola adalah dari perguruan tiggi maju di Indonesia. Baik secara daring maupin secara langsung. Jadi coaching clinic ini khan berlansung sepanjang tahun,”terangnya.

Sedabgkan peningkatan kapasitas Dosen untuk penyediaan Jurnal dan peningkatan kapasitas dosen.” Apalagi, dosen ini khan diangkat rata rata Strata Dua atau S2. Jadi mereka butuh penyegaran,”pungkasnya.(DM-04)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *