Ragam
Mengenang 100 Tahun Kembalinya Marga Lessiputty Menjadi Matulessy, Ini Kisah Heroiknya

DINAMIKAMALUKU.COM, AMBON-Momentum perayaan hari Pahlawan Pattimura, Jumat 14 Mei hingga 15 Mei 2021, menyisahkan sejarah spesial untuk keluarga Matulessy di Desa Hulaliu, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah.
Betapa tidak, bertepatan dengan 100 tahun marga Matulessy, kembali sebelumnya menggunakan marga Lessiputty untuk menipu tentara Belanda yang datang membantai keluarga Matulessy di Hulaliu.
Hal ini dibuktikan dengan surat persetujuan ganti marga yang ?dibahas di Week Kamer Belanda dan disetujui, kemudian diteruskan ke Gubernur Jenderal di Batavia untuk disetujui dan diberlakukan 27 Mei 1921, nomor 47. Surat ini direrbitkan atas balasan dari surat permohonan yang dituliskan oleh Benjamin Lesiputty, dan ditandatangani oleh Matias Lessiputty, di Hulaliu, 12 Juni 1920 silam.

Berikut serangkaian kegiatan di hari Pattimura, (14/5/2021) di Desa Hulaliu, yakni keluarga Matulessy berkumpul di rumah tua. Kemudian dilanjutkan dengan Palamana di Asari Lounusa (Baileo atau rumah adat) Hulaliu oleh Kepala Soa Siahaya. Dilanjutkan dengan perjalanan ke tanah dati Thomas Matulessy di Benteng Hatu Marsala, tempat persembunyian Thomas Matulessy saat perang.
Tak hanya itu, sekitar 600-an orang dari keluarga Matulessy dan masyarakat dari berbagai daerah melakukan kunjungan ke beberapa tempat di Marsala, yakni salah satu makam Van Den Berg, Residen
Saparua yang dibunuh oleh Thomas Matulessy.

Seteleh itu, keluarga Matulessy dan masyarakat naik gunung di Benteng Hatu Marsala, untuk melakukan ritual iris Unar. Ritual iris Unar, adalah ritual tradisional dengan membuat api dengan gesekan bulu (Bambu) untuk menyalakan Kiming Mae (Obor Induk) dilanjutkan dengan ritual adat di Benteng Hatu Marsala.
Selanjutmya, Sabtu (15/5/2021) sekira pukul 09.00 WIT Kiming Mae atau Obor Induk diarak dari Benteng Hatu Marsala menuju negeri Hulaliu disambut dengan Hahi dari Soya Noya, Soa Siahaya, dan Soa Taihuttu, dan kemudian diserahkan kepada pemerintah negeri Hulaliu dan dilanjutkan dengan penyalaan Obor di Asari Lonusa negeri Hulaliu. Hahi merupakan satu tarian dengan memotong atau menusuk badan dengan menggunakan benda tajam seperti Pedang, Silet, dan diikuti dengan binyo Tahuri ( Kuli Bia), bunyi Tifa dan gong serta iringan nyayian dalam bahasa tanah (bahasa daerah) negeri Hilaliu.
Generasi ke-6 Thomas Matulessy menegaskan, Pahlawan Pattimura Thomas Matulessy, berasal dari negeri Hulaliu dan bagian dari keluarga Amarina Hatuhaha.”Selain itu, keluarga Matulessy membuka ruang komunikasi dengan para pakar peneliti sejarah dan pakar Arkeolog di Maluku, Infonesia, bahkan dunia internasional,”kata generasi ke-6 Thomas Matulessy, dalam sambutanya.
Tujuanya, kata dia, untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam untuk meluruskan sejarah asal usul Pahlawan Pattimura, Thomas Matulessy.”Dengan data yang lengkap, kami keluarga Matulessy, dapat membuktikannya,”tegasnya.
Setelah itu, sekira pukul 17.00 WIT dilanjutkan dengan ibadah syukur 100 tahun marga Matulessy dipakai kembali setelah sebelumnya menggunakan marga Lessiputty.(DM-01)