Connect with us

Ragam

Proyek Air Bersih di Mahia Mubazir, Komisi III “Semprot” BWS

Published

on

DINAMIKAMALUKU.COM, AMBON-Komisi III DPRD Provinsi Maluku, menyoroti proyek air bersih di Desa Mahia, Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon yang dikerjakan Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku. Sebab, proyek air baku dari APBN Tahun Anggaran 2020 senilai Rp 1,3 miliar  itu dilaporkan mubazir karena tidak dinikmati masyarakat setempat.

“Proyek air bersih itu,  air bersih harus ada. Jangan bangun infrastruktur sesuai kontrak saja. Proyek air bersih sesuai harapan ketika air bersih dinikmati oleh masyarakat dalam keadaan bersih,”ingat Sekretaris Komisi III DPRD Provinsi Maluku, Rovik Afifudin, ketika rapat dengan BWS Maluku, Sesala (31/5/2022).

Sekretaris DPW PPP Provinsi Maluku ini mengigatkan, jika proyek air bersih  tidak dinikmati oleh  masyarakat, namanya proyek gagal atau munazir karena tidak menghasilkan air bersih kepada warga. “Jangan hanya pipa dan bak penampung serta mesin,  jadi sampah. Saya mau tanya apakah program kegiatan air bersih  (air baku) hanya fasilitasnya saja atau harus dinyatakan berhasil  atau sukses proyek itu airnya keluar. Atau hanya berhasil karena infrastruktur suiap. Bak pipa mesin dan panel saja,”tanya mantan anggota DPRD Kota Ambon itu.

Parahnya lagi, kesal politisi muda vokal itu karena pihak BWS yang hadir tidak memiliki kompetensi menjelaskan kepada Komisi yang membidangi infrastruktur itu terkait proyek air bersih di Mahia.”Kami berharap selesai hari ini. Tapi tidak ada kompetensi jelaskan soal Mahia. Subtansi rapat kita hanya Mahia dan Cek Dam. Dan paling utama di Mahia. Cek dam baru sebatas pembangunan,”tegasnya.

Kepala Seksi Pelaksanaan BWS Maluku, Edwin Leatemia mengaku, pihaknya tidak bisa menjelaskan program air bersih di Mahia.”Yang berkompeten terkait air bersih di Mahia, sementara mengikuti kegiatan di Bogor. Kota tidak bisa menjelaskan karena tidak memiliki kompetensi,”kata Leatemia.

Meski begitu, dia mengaku, pihaknya bersama kontraktor pelaksana telah melakukan pengeboran, sehingga sudah ada sumber air tapi keruh.”Memang kita sudah melakukan pengeboran, sehingga sumber airnya sudah ada. Jadi butuh bangunan untuk pengendalian sedimen agar air dinikmati masyarakat,”tandansya.(DM-01)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *