Connect with us

Politik

Maduro Dulu Sopir Bus Kini Presiden Venezuela

Published

on


Oleh : Dr. M.J. Latuconsina,S.IP, MA
Staf Dosen Fisipol, Universitas Pattimura

“Seorang pemimpin adalah orang yang mengetahui jalan, melewati jalan tersebut, dan menunjukkan jalan itu untuk orang lain.” (John Calvin Maxwell).


Ada kalanya seorang publik figur, awalnya di masa kecil tak pernah memiliki cita-cita besar, untuk menjadi kepala negara/kepala pemerintahan di negaranya. Hidup dijalani bak air yang mengalir dan hulu ke hilir. Semuanya diserahkan kepada takdir Sang Pencipta. Mereka menjalani profesinya, dengan pekerjaan rendahan dimata warga masyarakat. Namun mereka tidaklah stagnan, dengan profesi yang dianggap pekerjaan, yang rendahan dimata warga masyarakat tersebut. Kemauan untuk beralih pada profesi yang lebih tinggi, mereka kejar dengan serius dan konsisten.

Salah satu cara ditempuh melalui pendidikan menengah, sampai dengan pendidikan tinggi di perguruan tinggi. Pendidikan yang kemudian menjadi instrumen vital bagi mereka bertransformasi menjadi orang-orang yang cakap, yang selanjutnya mampu memperoleh profesi yang lebih tinggi. Sehingga lambat laun, mereka tampil sebagai figur-figur yang memiliki popularitas di mata warga masyarakat. Ini menjadi modal tatkala maju berkontestasi melalui Pemilihan Umum (Pemilu). Mereka pun menjadi anggota parlemen, menteri sampai dengan kepala negara/kepala pemerintahan.


Fenemena publik figur, yang awalnya menjalani profesinya, dengan pekerjaan rendahan dimata warga masyarakat, dapat kita temukan pada figur Nicolás Maduro Moros. Sebelum tampil aktif di panggung politik negaranya Venezuela, hingga ia sukses menjadi Presiden Venezuela sejak tahun 2013 hingga kini, dahulunya Madoru bekerja sebagai sopir bus di Caracas ibu kota negara penghasil minyak bumi terbesar di dunia itu. Dinamika kehidupan sosialnya, yang kemudian bertranformasi menjadi individu, yang sukses menjadi orang nomor satu di negaranya Venezuela.

Maduro lahir pada 23 November 1962, Caracas, Venezuela. Ia tumbuh dalam keluarga keluarga kelas pekerja, dan dibesarkan sebagai seorang Katolik Roma. Ayahnya, Nicolás Maduro García, yang merupakan pemimpin serikat pekerja terkemuka. Ayahnya wafat dalam kecelakaan kendaraan bermotor pada tanggal 22 April 1989 lampau. Ibunya, Teresa de Jesús Moros, lahir di Cúcuta, sebuah kota perbatasan Kolombia di perbatasan dengan Venezuela. Ia dilahirkan dalam keluarga sayap kiri dan pemimpin militan Movimiento Electoral del Pueblo (MEP).

Latabelakang sosial orang tuanya sebagai pimpinan sarikat pekerja, dan dari keluarga saya kiri, yang kemudian membentuk karakternya sebagai seorang pekerja kelas bawah, yang ulet, dan kritis. Maduro dibesarkan di Calle 14, sebuah jalan di Los Jardines, El Valle, sebuah lingkungan kelas pekerja di pinggiran barat Caracas, ibu kota Venezuela. Ia merupakan satu-satunya anak laki-laki dari empat bersaudara dikeluarganya tersebut. Maduro memiliki tiga saudara perempuan yakni : María Teresa, Josefina, dan Anita.(Britannica 2024, Wikipedia 2024).

Maduro berdarah Yahudi, dimana kakek dan neneknya berlatar belakang Yahudi Sephardic yakni, keturunan Yahudi yang tinggal di Semenanjung Iberia (Spanyol-Portugal), yang kemudian berdiaspora hingga ke Amerika Selatan. Kakek dan neneknya tersebut lantas berpindah agama menjadi Katolik Roma di Venezuela. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Ia selanjutnya menempuh pendidikan di sekolah menengah negeri, Liceo José Ávalos, di El Valle. Namun Maduro tidak menamatkan sekolah menengah atasnya, lantaran ia tidak lulus.

Meskipun Maduro tidak lulus sekolah menengah atas, namun di sekolahnya tersebut turut membentuk karakter kepemimpinannya. Pasalnya tatkala ia di sekolah menengah negeri, Liceo José Ávalos, di El Valle, Maduro mulai berkenalan dengan politik, ketika ia menjadi anggota perkumpulan siswa sekolah menengahnya tersebut. Tatkala hijrah ke Kuba di tahun 1986, ia manambah skilnya, dimana Maduro menempuh sekolah eksekutif selama satu tahun di Escuela Nacional de Cuadros Julio Antonio Mella, sebuah pusat pendidikan politik yang dipimpin oleh Persatuan Komunis Muda Kuba.

Maduro telah menikah dua kali. Pernikahan pertamanya dengan Adriana Guerra Angulo, dan dikaruniai putra satu-satunya, Nicolás Maduro Guerra, juga dikenal sebagai “Nicolasito”. Sementara dari istri pertamanya tersebut, juga memiliki tiga anak tiri dari pernikahan pertamanya dengan Walter Ramón Gavidia yakni : Walter Jacob, Yoswel, dan Yosser. Ia kemudian menikah lagi dengan Cilia Flores, seorang pengacara, dan politisi yang menggantikan Maduro sebagai presiden Majelis Nasional (MN) pada Agustus 2006. Dari istri keduanya tersebut mereka tidak memiliki anak.(Dabena 2018, BBC News 2019, Wikipedia 2024).

Awal profesi Maduro adalah seorang sopir bus di Caracas ibu kota Venezuela, bisa dimaklumi profesinya yang demikian, lantaran ia tak pernah mengeyam pendidikan tinggi di universitas. Bahkan Maduro juga tak lulus sekolah menengah atas, sehingga pekerjaan sopir yang cocok buatnya. Hingga kemudian saat ia aktif sebagai sopir bus di Caracas, ia dipercayakan menjadi ketua organisasi sopir bus, dan menjadi perwakilan sopir bus di Caracas Metro System. Ditengah aktifitasnya sebagai ketua organisasi sopir bus tersebut, Maduro juga terlibat dalam politik melalui kelompok kiri seperti Rupture dan Liga Sosialis.

Maduro sempat dekat dengan José Vicente Rangel Vale, ia menjadi pengawalnya saat Rangel maju sebagai Calon Presiden (Capres) Venezuela pada Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 1983. Tatkala Hugo Chaves di tahun 1992 yang masih berpangkat perwirah menengah, ia memimpin organisasi Revolutionary Bolivarian Movement-200 (MBR-200) melakukan upaya kudeta terhadap Presiden Carlos Andres Perez, yang dinilai melakukan langkah penghematan berdampak luas terhadap instabilitas ekonomi di Venezuela. Namun upaya kudeta itu gagal, lantas ia dijebloskan ke penjara. Disinilah kedekatan Maduro dan Chaves.

Ia calon istrinya Chilia Flores, yang saat itu adalah seorang pengacara muda, berkampanye untuk pembebasan Chavez di tahun 1994. Hal ini dilakukan Maduro bersama calon istrinya untuk pembebasan Chaves tersebut, dimana sejak tahun 1990 ia sudah aktif di MBR-200. Karier politik Maduro mulai bersinar tatkala pada Pemilihan Umum (Pemilu) Venezuela tahun 1998. Ia mencalonkan diri sebagai anggota Kamar Deputi (Majelis Rendah) Venezula dari sukses terpilih. Selanjutnya ia terpilih sebagai anggota Majelis Konstituante Nasional (MKN) Venezuela pada tahun 1999. (Antara 2013, Detik News 2013,Wikipedia 2024).

Didalam lembaga ini Maduro berkontribusi dalam merancang konstitusi Venezuela yang baru. Sampai akhirnya terpilihan kembali sebagai anggota Majelis Nasional (MN) Venezuela pada tahun 2000. Ia mewakili Distrik Ibu Kota. Maduro lantas dipilih olah para anggota MN Venezuela sebagai Ketua MN Venezuela. Jabatan ini diembannya sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2006. Tidak hanya mantan supir bus ini dipercayakan rakyat, untuk duduk di kursi lembaga legislatif saja, tapi karier politik Maduro mulai merambah ke lembaga eksekutif. (ECPS 2021, BBC News 2019, Wikipedia 2024).

Pada tahun 2006 Chavez menunjuk Maduro sebagai Menteri Luar Negeri (Menlu). Padahal tak satu pun bahasa asing yang ia kuasai, yang bisa digunakannya dalam diplomasi di kancah perpolitikan internasional. Sudah pasti dalam setiap kunjungannya selaku Menlu Venezuela, Maduro memboyong interpreter, yang memiliki keahlian lisan dalam menerjemahkan pembicaraan dengan mitranya para Menlu di level mancanegara. Meskipun demikian, ia tipe politisi pragmatis yang piawai dalam bernegosiasi. Berkat kepaiawannya, ia mampu merealisasikan berbagai kebijakan luar negari negaranya di kanca perpolitikan internasional.

Rupanya kepaiawannya dalam diplomasi, untuk kepentingan negaranya Venezuela, sehingga Chavez mempercayakannya mengemban jabatan Menlu dalam waktu yang lama yakni, sekitar dua belas tahun. Saat menjabat Menlu, ia sukses menjalankan berbagai kebijakan politik yang berseberangan dengan barat. Diantaranya ; mendukung Republik Rakyat Tiongkok, dukungan untuk Libya di bawah pemerintahan Muammar Gaddafi, memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel selama Perang Gaza 2008-2009, mengakui dan membangun hubungan diplomatik dengan Palestina, serta mendukung Bashar al-Assad selama perang saudara di Suriah.

Dalam perkembannya pada 30 Juni 2011 kesehatan Chaves mulai memburuk, dimana ia mengumumkan sedang memulihkan diri pasca operasi pengangkatan tumor sel kanker. Setahun berselang digelar Pilpres Venezuela tahun 2012, Chavez memenangkannya, ia unggul atas Henrique Capriles Radonski. Sebelum Chavez berangkat untuk menjalani operasi berikutnya di Kuba pada Desember 2012, ia menunjuk Maduro sebagai penggantinya, jika ia tidak dapat bertahan hidup. Lantaran dalam proses penyembuhan pasca operasi di jiran Kuba, maka pelantikan Chavez sebagai Presiden ditunda hingga Januari 2013. (Britannica 2024, Wikipedia, 2024).

Loyalitasnya kepada Chavez, luwes dan kepiawainnya dalam berpolitik hingga kemudian pada Oktober 2012 Maduro dipercayakan orang nomor satu di negara penghasil mineral ini, sebagai Wakil Presiden Venezuela. Pelan tapi pasti, ia mulai menapaki kesuksesan untuk menjadi orang nomor satu di Venezuela. Namun buruknya kesehatan Chavez, hanya klik-klik dekatnya saja, yang lebih mengetahuinya. Dalam perkembannya mantan gerliawan MBR-200 ini pun wafat pada Selasa, 5 Maret 2013, pukul 16.25.00 sore waktu sepetempat, setelah dua tahun lamanya ia bergulat dengan kanker yang dideritanya tersebut.

Kesedihan dirasakan Maduro, dengan berlinang air mata ia mengumumkan wafatnya Chavez, mantan perwira terjun payung yang memimpin Venezuela selama 14 tahun. Chavez meninggal setelah berjuang melawan kanker yang pertama kali terdeteksi pada panggulnya. Tak ada jalan politik lain, konstitusi di negara yang bertetangga dengan Kolombia itu, menyiratkan Wapres yang melanjutkan jabatan Presiden, yang wafat saat mengemban jabatan. Empat hari setelah wafatnya Chavez, pada 8 Maret 2013 Maduro dilantik sebagai Presiden sementara Venezuela oleh Mahkamah Agung (MA) Venezuela, hingga ditetapkannya Pemilu dalam kurun waktu 30 hari.(Voa Indonesia 2013, Kompas 2013, Kemlu 2024.).

Jalan menuju sukses sudah diraih Maduro, meskipun ia hanya sebagai Presiden sementara Venezuela pasca wafatnya Chavez. Sampai sebulan kemudian digelar Pilpres Venezuela pada 14 April 2013. Lawannya adalah Gubernur Negara Bagian Miranda, Henrique Capriles Radonski. Maduro diusung oleh aliansi Gran Polo Patriótico, sementara rivalnya Capriles dicalonkan Mesa de la Unidad Democrática. Hasil Pilpres Venezuela itu dimenangkan Maduro dengan selisih tipis, ia meraih 50,6% suara, sedangkan rivalnya Capriles meraih 49,1% suara. Meskipun demikian lawannya itu tak puas dengan hasil Pilpres Venezuela tersebut.

Capriles sempat meminta audit 46% suara hasil Pilpres Venezuela tersebut, dan dilaksanakan oleh Dewan Pemilu Venezuela. Namun Dewan Pemilu Venezuela menolak permintaannya terkait dengan audit seluruh hasil Pilpres. Bahkan Capriles akan menuntut di Mahkamah Agung (MA), untuk membatalkan hasil Pilpres, agar warga Venezuela kembali memberikan suaranya. Tapi upaya hukumnya itu tak jadi dilaksanakannya. Pada akhirnya mantan sopir bus itu pun dilantik sebagai Presiden Venezuela oleh Mahkamah Agung Venezuela pada 14 April 2013. (Republika 2013,Voa Indonesia 2013, Wikipedia).

Ditengah kepemimpinannya, banyak prahara politik yang berdampak pada krisis ekonomi di negara yang kaya minyak ini. Pasca wafatnya Chaves Venezuela menjadi bangkrut, dimana inflasi hingga ratusan persen. Hal ini diperburuk dengan krisis kepresidenan Venezuela, yang membenturkan Maduro sebagai pemanang Pilpres 2018, dengan rivalnya Juan Guaido. Sementara MN Venezuela, yang mayoritas terdiri dari koalisi oposisi, menyatakan bahwa hasil pemilihan tidak sah, dan mengangkat Guaido sebagai Penjabat Presiden. Polemiknya begitu panjang hingga menghadirkan massa pendukung mereka, untuk berdemonstrasi.

Kendati demikian Maduro bisa melewati krisis politiknya itu. Hal ini tidak luput dari kepiawaiannya dalam berpolitik, hingga kekuatan oposisi pun tumbang di MN. Selanjutnya MKN merancang konstitusi baru menggantikan konstitusi Venezuela 1999 era Chavez. Dalam dinamikanya MKN mendeklerasikan diri sebagai cabang pemerintah dengan kekuasaan tertinggi di Venezuela. MKN pun melarang MN yang dipimpin oposisi melakukan tindakan mengganggu MKN, sambil terus memberikan langkah-langkah dukungan terhadap Presiden. Maduro secara efektif menghilangkan semua kekuatan MN, yang diisi oleh kekuatan opsisi. (Kumparan 2023, Kompas 2019, Wikipedia 2024.).

Jalan terjal masih dilewati Maduro, rivalnya Guaido Pimpinan MN Venezuela yang baru diangkat, bergerak membentuk pemerintahan transisi pada 5 Januari 2019. Hingga akhirnya krisis kepresidenan itu mampu dilewatinya, dimana pada 10 Januari 2019 Maduro dilantik sebagai Presiden Venezuela oleh MA Venezuela. Maduro tentu mengetahui jalan sebagai solusi kebuntuan kepemimpinan di negaranya. Jalannya itu, mirip dengan qoutes John Calvin Maxwell, penulis asal Amerika Serikat, yang hits melalui karyanya ; “Put Your Dream to the Test” di tahun 2017 lalu bahwa, “seorang pemimpin adalah orang yang mengetahui jalan, melewati jalan tersebut, dan menunjukkan jalan itu untuk orang lain.”

Diluar keberhasilan mengakhiri krisis kepresidenan, yang panjang dan alot di negaranya Venezuela, Maduro memiliki tantangan yang sangat berat. Ia harus mampu menstabilkan perekonomian negaranya, disisa masa jabannya yang akan berakhir pada Juli 2024. Di tahun 2022 lalu Venezuela mengalami inflasi hingga 234%, selanjutnya di tahun 2023 inflasi mengalami penurunan sekitar 193%. Pada awal tahun 2024 inflasi sudah menukik turun menjadi 85%. Tingginya inflasi terasa pada multi bidang, baik itu ; sosial, transportasi, energi, pendidikan, perdagangan, pertanian, keamanan, perhubungan dan bidang-bidang strategis lainnya. Dampak globalnya, warga masyarakat Venezuela hidup dalam kondisi yang papah.(**)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *