Pendidikan
Siahaya Bantah Robek Baju Leihitu, Kadis Pendidikan : Kita Panggil untuk Dievaluasi


AMBON,DM.COM,-Kepala Sekolah Dasar 237 Maluku Tengah (Malteng), Martenci Siahaya, membantah merobek baju, Mieke Leihitu, salah satu guru bantu di sekolah yang dipimpinya.
“Saya sangat sesalkan karena saya baru pulang dari acara duka teman guru. Saya belum dikomfirmasi lagi sudah keluarkan beritanya. Itu berarti Pak dengar dari satu pihak,”kata Siahaya, ketika menghubungi DINAMIKAMALUKU.COM, Sabtu (18/1/2025).
Menyangkut, dirinya merobek baju Leihitu, ditepisnya. “Saya mau klarifikasi. Itu bukan saya yang sobek baju Meike Leihitu. Saya mau rebut hp yang bersangkutan karena yang bersangkutan katakan bahwa beta vidio ose. Jadi saya tarik lengan untuk rebut hp. Bukan saya robek baju Meike Leihitu. Sekali lagi saya katakan itu saya tidak robek. Saya tarik lenganya karena mau rebut HP yang bersangkutan,”tegasnya.
Soal, dirinya dituding membenci lalu merobek baju Leihitu, ia membantah.” Itu tidak benar. Bahwa saya benci gara-gara anak Meike Leihitu jadi tentara. Saya tegaskan bahwa semua itu tidak benar. Semua itu tidak ada sangkut paut dengan hal tersebut,”tegasnya.
Dirinya juga menuntut nama baiknya. Dirinya, menegaskan, bahwa dirinya bukan seorang preman.” Saya bukan PREMAN . Saya tuntut nama baik saya bahwa Meike Leihitu katakan masalah dari tahun 2023 itu tidak benar dan saya tidak iri denga dia anak jadi tentara itu, tidak benar. Saya tidak keluarkan kata apaun mengenai anak Meike lLeihitu. Jadi yang harus di tes psikologi itu Meike Leihitu, bukan saya,”ingatnya.
Sementara itu, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Malteng, Husein Mukadar mengatakan, pihaknya dalam waktu dekat memanggil Siahaya.”Kepseknya nanti katong panggil untuk dievaluasi,”kata Mukadar, ketika menghubungi DINAMIKAMALUKU.COM, Sabtu (18/1/2025).
Sebagaimana diberitakan DINAMIKAMALUKU.COM, sebelumnya dunia pendidikan kembali tercoreng, dengan sikap oknum tenaga pendidik. Betapa tidak, kali ini salah satu oknum kepala sekolah (Kepsek) bersikap arogan dan seperti preman merobek baju salah satu guru bantu.
Ironisnya, sikap arogan dan seperti preman itu dihadapan siswa di dua sekolah yang berdekatan
Ini terjadi di Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng). Kepala Sekolah (Kepsek) SD 237 Malteng, Ny Martenci Siahaya, dilaporkan merobek baju, Meike Leihitu, salah satu guru disekolah tersebut, Sabtu (18/1/1025).
Informasinya, hubungan Leihitu dengan Siahaya, renggang 2023 lalu. Belum diketahui penyebab Siahaya sering marah-marah kepada Leihitu di sekolah yang berlokasi di negeri Porto itu. “Kalau tidak salah Ibu Siahaya tidak suka sama ibu Leihitu, ketika anaknya Leihitu diterima jadi anggota TNI, sehingga ibu Siahaya sering cari-cari kesalahan ibu Leihitu di sekolah dengan marah-marah,”tutur sumber DINAMIKAMALUKU.COM, Sabtu (18/1/2025).
Klimaksnya, memasuki libur tahun baru, Leihitu beberapa hari tidak masuk sekolah karena sementara urusan di Kota Ambon.”Nah, beberapa hari ibu Leihitu lupa tanda tangan daftar hadir ibu Siahaya marah-marah dan merobek daftar hadir, Jumat (17/1/2025),”terangnya.
Sementara, Siahaya merobek baju Leihitu dihadapan siswa SD 252 Malteng dan SD 237 Malteng satu komplek, Sabtu (18/1/2025), ketika arahan Siahaya bahwa para guru hadir di sekolah pukul 07.00 WIT, justeru Siahaya datang lebih awal.”Tujuanya, agar mencari kesalahan ibu Leihitu. Nah, disitu ibu Leihitu dimarahi dengan teriak-teriak, sehingga baju ibu Leihitu disobek,”jelasnya.
Sementara itu, Siahaya ketika dihubungi DINAMIKAMALUKU.COM, via aplikasi Whatshap terkait sikapnya kepada Leihitu termasuk merobek bajunya, dia tak kunjung merespon.
Sedangkan, Sekretaris Komisi IV DPRD Malteng, Demianus Hattu menyesalkan baju salah satu guru bantu di sekolah itu justeru disobek Kepseknya.” Tapi dengan cara merobek baju para guru bantu adalah tindakan preman. Itu jauh dari tugas dan fungsi sebagai guru,”kata Hattu, kepada DINAMIKAMALUKU.COM, Sabtu (18/1/2025).
Terlepas dari jabatan Kepsek, tegas Ketua Fraksi PDIP DPRD Malteng itu, Siahaya seorang guru.”Tentu sikap seperti itu didalam diri tidak ada tugas membina dan membimbing Siapapun dia bawahan, salah satu tugas dia membina dan mendidik. Siswa adalah mengajar,”jelas Hattu yang juga mantan Guru.
Mantan Wakil Ketua DPRD Malteng ini menilai, sikap Kepsek tersebut bentuk kegagalan pembinaan terhadap para Kepsek yang dilakukan Dinas Pendidikan dalam hal ini para Korwil di Saparua.
“Para Korwil gagal pembinaan. Ini jadi catatan kritis dinas pendidikan. Kepsek seperti itu tes harus psikologi dulu. Tindakan seperti itu tidak dibenarkan,”tandasnya.
Politisi senior PDIP ini mengaku, sikap Siahaya secara tidak langsung mempermalukan guru bantu, padahal prosfesinya sama.”Jadi yang satunya kepsek dan satu bawahan. Bukan Kepsek itu saja. Seantero Maluku dan Malteng tidak seperti itu. Itu bagi saya seperti preman. Mesti hati dingin. Pikiran panas, tapi Hati dingin. Nah, kalau pikiran panas hati harus dingin.Ini memalukan. Dunia pendidikan tercoreng,”tegasnya.
Untuk itu, harap mantan wartawan senior ini, Dinas Penidikan lewat Korwil harus lihat persoalan ini. “Harus ada implementasi. Suka tidak suka. Ini atasan dan bawahan. Perlakuan seperti tidak rasional dalam dunia pendidikan. Ini era moderen. Kepsek harus ditinjau. Kalau tidak diitinjau oleh Kadis, Kadis tidak lakulan evaluasi seperti ini ribet. Bawahan atau guru bantu dimana mengadu nasibnya. Ini yang harus disikapi. Terutama yang bertangungjawab dinas di Saparua. Ini kegagalan. Ini banyak kasus,”pungkasnya.(DM-04)
