Hukum
Warga Ngaku Upah Kerja belum Dibayar & Ditipu Kontraktor Embung “Abunawas” di Desa Klis

AMBON,DM.COM,-Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku melalui PT. Sabar Jaya Karyatama, kontraktor yang mengerjakan embung “abunawas” di Desa Klis, Kecamatan Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), telah membayar sewa mesin Molen milik Panitia Gereja GPM Klis dan genset milik warga setempat.
Mesin molen dan genset dipnjam BWS dan kontraktor untuk membantu proses pengecoran embung yang sempat dicor menggunakan lubang tanah yang digali, sementara mesin genset untuk menerangi lokasi proyek ketika proses pengerjaan dilakukan dimalam hari.
Namun, meski sewa mesin Milen dan Genset telah dibayar, warga setempat mengaku, upah kerja belum dibayar lunas. Sebab, warga yang ikut bekerja di lokasi proyek embung itu adalah panitia Sidang Klasis GPM Letti, Moa, Lakor yang mencari dana untuk mensukseskan kegiatan keagamaan itu.
Wakil Sekretaris Panitia Sidang Klasis Letti, Moa, Lakor, Hengki Eugara mengatakan, pihak perusahaan sudah membayar sewa Mesin Molen dan Genset, setelah diberitakan media siber ini.
“Tadi katong rapat panitia, memang dari perusahaan langsung datang bayar uang moleng dengan sewa genset,”kata Hengki, ketika menghubungi DINAMIKAMALUKU.COM, Kamis (13/2/2025).
Namun, ingat dia, pihaknya menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada bos perusahaan dan pimpinan BWS. “Namun, katong punya urusan belum selesai. Sebab, kemarin ada kelebihan volume yang katong panitia, tapi kerja belm di bayar semua,”bernya dengan logat Ambon.
Dia menegaskan, jika perusahaan tidak tanggapi, maka sebagai masyarakat tetap mencari keadilan dengan menyuarakan di media.
“Soalnya,kemaren kan katong minta par kerja (jual jasa) atas nama Pantia sidang Klasis Letti, Moa, utu perusahaan minta katong baku tawar dengan Mandor,”sebutnya.
“Nah.. katong batu kawar, tapi katong dalam posisi butuh kerja karena katng butuh dana, tapi justru itu yang di manfaatkan oleh mereka lalutawar katong dengan harga yang sangat murah kalau di bilang sangat tidak wajar,”kesalnya.
Sebab, kata dia, panitia cor bak (recervoir) 12×12 tinggi 4 meter tebal dinding 30cm cor luar. Semebtara plat di dalam ukuran sama tambah cor plat atas ukuran 13×13 tebal 20 cm.
“Katong cor 4 hari hari pertama dari jam 9.00 WIT sampai jam 1.00 dini hari hanua cuma Rp 20 juta,”rincinya.
Sedangkan mandor bayar tukang dari KecMatan Letti (Desa Laitutun) cor penampungan saringan recervoir di atas bak yabg sama ukuran 3×12 Meter, tebal 30cm tinggi 1,5 meter Rp 18juta.
“Ini yang katong seng puas karena 2 pekerjaan beda ukuran yang signifikan yang dong kerja 1 hari saja dari jam 9 sampe jam 5 sore sudah selesai, tapi sewa cuma cuma beda Rp 2 juta. Itu yang katong paling seng puas. Katong merasa diperlakukan tidak dil di atas tanah dan di katong png negeri sendiri,”tandasnya.
Untuk itu, dia mengaku, pihaknya betul-betul terjebak karena di satu sisi butuh pekerjaan untuk kegiatan Gereja (sidBg klasis) bukan pribadi. “Tapi setiap kali katong tawar harga yang wajar saja mandor selalu bilang harga yang perusahaan kasi kecil , jadi kalau seng mau beta kasi par orang lain. Ini yang bikin katong mau tidak mau dengan terpaksa katong ambil pekerjaan ini,”ingatnya.
Apalagi, ingat dia, buat rabat di atas bendungan lebar 2 meter panjang 370 meter, tebal rabat 12 cm, galian pinggiran dalam 20 hingga 25cm ongkos kerja Rp 25 jta tambah uang makan Rp 2 juta.” Jadi total Rp 27 juta. Padahal rabat ini Cor beton bukan cor biasa,”katanya.
Yang menjadi persoalan, lanjut dia, dari awal pembicaraan dengan mandor tidak ada pembicaraan mengenai setiap 10 meter harus cor sayap ke samping kira-kira lebar 2 meter.
“Sementara panjang itu bervariasi tergantung jarak antara rabat dengan dinding got yang ada di samping, jadi ada yang panjang 2 meter ada yang 5 meter sepanjang 370-an meter itu. Jadi saat itu ada masyarakat yang protes katanya seng ada dalam pembicaraan akhirnya setelah negosiasi antar pihak panitia dengan pihak perusahaan dalam hal ini Kepala proyek (Kapro) atas nama Galih, maka katong sepakat untuk kerja lanjut sayap itu dengan kompensasi nya,”paparnya.
Ironisnya, Kapro jaminkan pihaknya nanti ambil pekerjaan pengecoran plat pembuangan air. “Soal harga plat di got pembuangan itu nanti nego dengan Pa Mon selaku mandor. Nanti hasil nego berapa pun itu nanti perusahaan tambah diluar kesepakatan harga dengan mandor,”tuturnya menirukan pernyataan Galih.
Ternyata, lanjut dia, rabat belum selesai sampe di pengecoran plat. Kapro sudah berangkat sampai mereka selesai kerja Kapro belum tunjukan batang hidung dilokasi proyek.”Nanti pekerjaan semua sudah selesai baru katong dengar katanya Pa Galih (Kapro) sudahabis masa kontrak,”kesalnya.
“Ini yang katong merasa di tipu karena dasar kesepakatan itu katong merasa bahwa Kapro bicara bukan atas nama pribadi tapi atas nama perusahaan,”sesalnya.
Untuk itu, dia berharap,perusahaan harus tanggung jawab. Sebab, sebagai masyarakat kecil mereka sangat berharap Pemerintah kasih bantua/program pembangunan seperti ini untuk membantu masyarakat bukan sebaliknya program Pemerintah yang anggaranya sangat besar ini digunakan untuk memanfaatkan tenaga masyarakat untuk mendapatkan keuntungan yang sangat besar.
“Bahkan uang yang Rp 27 juta di Recervoir di Mandor masih belum lunas. Masih kurang Rp 4 juta belum di bayarkan.
Inti dari berita ini katong tidak memprotes upah yang katong sudah sepakati mau kecil besar itu su bicara selesai, jadi katong seng mencoba par merubah dalam hal ini perusahaan harus bayar tambah, tapi katong cuma mau kasih data ini saja ke pemerintah untuk melihat dan menilai bahwa hari ini katong merasa perbedaan harga bak di recervoir itu dengan volume pekerjaan yang sangat jauh berbeda, tapi upah nya cuma beda Rp 2 jutat saja ini yang katong merasa tidak adil,”tegasnya.
“Katong juga tidak menuntut pekerjaan recervoir itu ada tambahan upah, tapi dari pengalaman katong ini mohon pemerintah dalam fungsi pengawasan bisa maksimal, sehingga jangan lagi ada masyarakat yang merasa kehadiran pemerintah lewat program pembangunan itu memperlakukan masyarakat secara tidak adil. Sedangkan yang katong tuntut perusahaan itu tinjau lagi dengan mandor untuk kelebihan volume pekerjaan rabat itu,”pungkasnya.(DM-04)
